BMKG: titik panas di Sumatera jadi 67
12 Juli 2016 19:48 WIB
Bandara Mulai Diselimuti Kabut Asap Petugas hangar mengamati kabut asap yang mulai meyelimuti Bandara Pinang Kampai kota Dumai, Dumai, Riau, Senin (7/3). Asap yang terbawa angin berasal dari lahan yang terbakar mulai menyelimuti kawasan Bandara Pinang Kampai Dumai namun otoritas bandara setempat mengatakan penerbangan masih di nilai aman dengan jarak pandang sekitar 3000 meter. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/pd/16
Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan titik panas di Sumatera bertambah dari 65 pada Senin, sehari kemudian menjadi 67 dengan tingkat kepercayaan 50 persen.
Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Selasa, mengatakan, dari sebaran di sembilan provinsi, penambahan titik panas terjadi di Sumatera Utara dari delapan menjadi 10.
Teratat, Riau masih menjadi daerah konsentrasi dengan 28 titik panas, Sumatera Selatan 9, Nanggroe Aceh Darussalam dan Jambi masing-masing 5, Bangka Belitung 4, sertan Bengkulu, Lampung dan Sumatera Barat masing-masing 2.
"Data tersebut berdasarkan pantauan satelit baik Terra maupun Aqua pada hari ini dengan sebesar 50 persen mengenai potensi terbakarnya lahan dan hutan di Sumatera," tegasnya.
Sugarin menjelaskan, 28 titik panas di Riau tersebar di 4 kabupaten/kota terutama wilayah pesisir dengan kosentrasi titik panas berada di Rokan Hilir 20, Bengkalis 4, dan Dumai serta Kampar sama-sama 2 titik.
Dari jumlah total 28 itu, terdapat 17 titik api atau berpotensi kebakaran lahan dan hutan terutama di daerah berlahan gambut dengan memiliki tingkat kepercayaan di atas 70 persen.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau mencatat 1.400 hektare total luas kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau telah terjadi mulai Januari hingga awal Juli 2016.
"Data kami, telah terjadi karlahut seluas 1.400 hektare di sejumlah kabupaten/kota di Riau," ujar Kepala BPBD Provinsi Riau, Edward Sanger.
Menurut dia, jumlah kebakaran lahan dan hutan terutama di wilayah pesisir Riau jauh menurun dibanding yang berturut-turut pada dua tahun sebelumnya.
Pada tahun 2014, lanjut dia, periode Januari-Juli sudah sekitar 23.000 hektare karlahut. Sedangkan pada tahun 2015 sampai bulan Juli hampir 6.000 hektare luas provinsi itu dilanda kebakaran.
"Berkurangnya karlahut terutama di lahan gambut, tidak terlepas dari kesigapan petugas terutama tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan Riau," ucapnya.
Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman telah menginstruksikan, seluruh pihak terkait terutama dalam penanggulangan kebakaran lahan dan hutan terus bertugas.
"Mereka bisa bagi tugas, karena yang di posko Siaga Darurat Kebakaran Lahan saja tidak ada (libur) Lebaran," tegas Arsyadjuliandi.
Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Selasa, mengatakan, dari sebaran di sembilan provinsi, penambahan titik panas terjadi di Sumatera Utara dari delapan menjadi 10.
Teratat, Riau masih menjadi daerah konsentrasi dengan 28 titik panas, Sumatera Selatan 9, Nanggroe Aceh Darussalam dan Jambi masing-masing 5, Bangka Belitung 4, sertan Bengkulu, Lampung dan Sumatera Barat masing-masing 2.
"Data tersebut berdasarkan pantauan satelit baik Terra maupun Aqua pada hari ini dengan sebesar 50 persen mengenai potensi terbakarnya lahan dan hutan di Sumatera," tegasnya.
Sugarin menjelaskan, 28 titik panas di Riau tersebar di 4 kabupaten/kota terutama wilayah pesisir dengan kosentrasi titik panas berada di Rokan Hilir 20, Bengkalis 4, dan Dumai serta Kampar sama-sama 2 titik.
Dari jumlah total 28 itu, terdapat 17 titik api atau berpotensi kebakaran lahan dan hutan terutama di daerah berlahan gambut dengan memiliki tingkat kepercayaan di atas 70 persen.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau mencatat 1.400 hektare total luas kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau telah terjadi mulai Januari hingga awal Juli 2016.
"Data kami, telah terjadi karlahut seluas 1.400 hektare di sejumlah kabupaten/kota di Riau," ujar Kepala BPBD Provinsi Riau, Edward Sanger.
Menurut dia, jumlah kebakaran lahan dan hutan terutama di wilayah pesisir Riau jauh menurun dibanding yang berturut-turut pada dua tahun sebelumnya.
Pada tahun 2014, lanjut dia, periode Januari-Juli sudah sekitar 23.000 hektare karlahut. Sedangkan pada tahun 2015 sampai bulan Juli hampir 6.000 hektare luas provinsi itu dilanda kebakaran.
"Berkurangnya karlahut terutama di lahan gambut, tidak terlepas dari kesigapan petugas terutama tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan Riau," ucapnya.
Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman telah menginstruksikan, seluruh pihak terkait terutama dalam penanggulangan kebakaran lahan dan hutan terus bertugas.
"Mereka bisa bagi tugas, karena yang di posko Siaga Darurat Kebakaran Lahan saja tidak ada (libur) Lebaran," tegas Arsyadjuliandi.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: