India tawarkan pengobatan untuk Arya bocah super gemuk
12 Juli 2016 15:25 WIB
Sejumlah tim dokter membawa Arya Permana (10), anak dengan 'Severe Obesity' atau Kegemukan yang amat sangat untuk dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jawa Barat, Senin (11/7/2016). (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)
Bandung (ANTARA News) - Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Jawa Barat Netty Heryawan menuturkan India bersedia atau menawarkan bantuan pengobatan untuk Arya Permana (10) bocah asal Desa Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang yang mengalami obesitas.
"Setahu saya, dari tim dokter yang menanganginya semalam (negara yang menawarkan bantuan pengobatan) itu India karena India punya sistem dan metodologi dan mungkin juga mereka ingin melakukan uji coba," kata Netty Heryawan di Gedung Sate Bandung, Selasa.
Namun ia meyakini kemampuan tim dokter dari Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung tidak kalah dengan kemampuan dokter dari luar terkait penanganan medis untuk bocah obesitas tersebut.
"Menurut saya dokter melakukan sesuatu lebih dahulu sebelum menyerahkan kepada pihak lain (dokter luar negeri). Masa menyerah sebelum berperang," kata dia.
Netty mengatakan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan Badan Ketahanan Pangan penderita obesitas di Indonesia menempati peringat ke-4 di dunia sedangkan angka stunting (kurang gizi kronis) menempati urutan ke-5 di dunia.
Lebih lanjut ia menuturkan hingga saat ini dirinya yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK terus berupaya mengoptimalkan peran posyandu untuk mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi lebih pada anak-anak.
"Sejauh ini kita terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan kader posyandu dan pengelolaanya serta programnya. Tapi lagi-lagi kita berpacu dengan waktu, karena iklan di televisi pergeseran nilai dan lain-lain terus ada," kata dia.
Oleh karena itu, ia menolak bantuan dana CSR (tanggung jawab sosial) dari perusahaan-perusahaan untuk posyandu berupa makanan pabrikan namun harus berupaya model atau paket pembinaan terhadap orang tua.
"Setahu saya, dari tim dokter yang menanganginya semalam (negara yang menawarkan bantuan pengobatan) itu India karena India punya sistem dan metodologi dan mungkin juga mereka ingin melakukan uji coba," kata Netty Heryawan di Gedung Sate Bandung, Selasa.
Namun ia meyakini kemampuan tim dokter dari Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung tidak kalah dengan kemampuan dokter dari luar terkait penanganan medis untuk bocah obesitas tersebut.
"Menurut saya dokter melakukan sesuatu lebih dahulu sebelum menyerahkan kepada pihak lain (dokter luar negeri). Masa menyerah sebelum berperang," kata dia.
Netty mengatakan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan Badan Ketahanan Pangan penderita obesitas di Indonesia menempati peringat ke-4 di dunia sedangkan angka stunting (kurang gizi kronis) menempati urutan ke-5 di dunia.
Lebih lanjut ia menuturkan hingga saat ini dirinya yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK terus berupaya mengoptimalkan peran posyandu untuk mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi lebih pada anak-anak.
"Sejauh ini kita terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan kader posyandu dan pengelolaanya serta programnya. Tapi lagi-lagi kita berpacu dengan waktu, karena iklan di televisi pergeseran nilai dan lain-lain terus ada," kata dia.
Oleh karena itu, ia menolak bantuan dana CSR (tanggung jawab sosial) dari perusahaan-perusahaan untuk posyandu berupa makanan pabrikan namun harus berupaya model atau paket pembinaan terhadap orang tua.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: