"Dulu sekitar 1,5 bulan yang lalu, kalau Arya tidak bisa tidur waktu malam hari dia suka minta yang manis-manis, seperti Ale-ale (minuman kemasan). Itu sehari-semalam dia bisa habis 20 gelas lebih," kata ayah kandung Arya Permana, Ade Somantri, di Bandung, Senin.
Somantri menuturkan, putranya itu terlahir normal dengan bobot 3,8 kg dan mulai naik berat badannya secara drastis saat usia empat hingga lima tahun. "Namun yang parah itu, umur delapan tahun sampai sekarang," kata dia. Tidak dia katakan tinggi badan Arya saat ini.
Sebelum menjalani perawatan medis, putra bungsu pasangan Somantri dan Rokayah ini dalam sehari bisa makan hingga lima kali.
"Makanya berat badannya itu pernah menyentuh 192 kg dan sejak 1,5 tahun lalu Arya susah tidur. Enggak tahu kenapa jadi susah tidur seperti tadi saja dari malam belum tidur," kata dia.
Menurut dia, bobot 190 kg tidak membuat anaknya itu manja, karena aktivitas sehari-hari termasuk buang air kecil dan buang air besar dilakukan sendiri ke kamar mandi tanpa bantuan orang lain.
"Duduk dia masih bisa, cuma ya itu tadi, kalau jalan kaki dia suka mengeluh sesak napas. Ya mungkin karena berat badannya itu jadi cepat cape," ujar Somantri.
Sebenarnya, lanjut dia, Arya termasuk murid berprestasi hal tersebut dibuktikan dengan meraih peringkat 1 saat kelas 1 dan 2 sekolah dasar.
Namun karena obesitas yang diderita menyebabkan dia harus berhenti menempuh pendidikan di sekolah dasar.
"Sekarang enggak bisa sekolah, rencananya guru akan mendatangi Arya supaya Arya bisa terus bersekolah," kata dia.
Keberadaan Arya ini makin mengemuka setelah dia tiba di RS Hasan Sadikin, Bandung, Senin siang. Dia dijadualkan menjalani perawatan khusus untuk mengatasi kegemukan badannya itu.
Bocah kelas 4 SD ini datang didampingi orangtuanya, Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana, dan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Alma Lucyati.