Organda Jateng: kemacetan jalan rugikan pengusaha angkutan umum
9 Juli 2016 17:46 WIB
Volume Kendaraan Cikampek. Mobil mengantre di gerbang Cikarang Utama, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (9/7). Menurut data Jasa Marga, memasuki H+3 arus balik Idulfitri 1437 Hijriyah terjadi kenaikan jumlah kendaraan yang melintas di jalan Tol Jakarta-Cikampek hingga 27 persen. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Semarang (ANTARA News) - Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jawa Tengah menyatakan kemacetan jalan yang terjadi pada arus mudik Lebaran beberapa waktu lalu merugikan pengusaha angkutan umum.
"Kerugian ini baik dari sisi teknis maupun nonteknis," kata Wakil Ketua Organda Jateng Bidang Organisasi Dedi Sudiardi di Semarang, Sabtu.
Menurut dia, dari sisi teknis artinya ada kerugian finansial yang dialami oleh para pengusaha. Waktu tempuh yang semakin lama berdampak pada tingginya tingkat konsumsi BBM.
Selain itu, biaya operasional untuk kru angkutan umum juga semakin besar karena waktu mereka di jalan semakin lama.
"Kalau dihitung-hitung biaya operasional bisa membengkak hingga 50 persen lebih besar dibandingkan dengan saat normal," katanya.
Sedangkan dari sisi nonteknis, kemacetan tersebut berdampak pada menurunnya kondisi mesin kendaraan, terutama untuk kampas kopling dan kampas rem.
"Mesin yang terlalu sering dihidupkan dan dimatikan berulang-ulang akan berdampak pada performa mesin. Padahal kebanyakan kendaraan umum ini melayani perjalanan jarak jauh," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berharap agar masing-masing perusahaan selalu memastikan kondisi mesin kendaraan mereka.
"Sebelum arus mudik maupun balik beberapa waktu lalu kami sudah mengimbau dan mendampingi masing-masing perusahaan angkutan umum untuk mengecek mesin kendaraan mereka. Meski demikian, saat ini cek mesin harus kembali dilakukan," katanya.
"Kerugian ini baik dari sisi teknis maupun nonteknis," kata Wakil Ketua Organda Jateng Bidang Organisasi Dedi Sudiardi di Semarang, Sabtu.
Menurut dia, dari sisi teknis artinya ada kerugian finansial yang dialami oleh para pengusaha. Waktu tempuh yang semakin lama berdampak pada tingginya tingkat konsumsi BBM.
Selain itu, biaya operasional untuk kru angkutan umum juga semakin besar karena waktu mereka di jalan semakin lama.
"Kalau dihitung-hitung biaya operasional bisa membengkak hingga 50 persen lebih besar dibandingkan dengan saat normal," katanya.
Sedangkan dari sisi nonteknis, kemacetan tersebut berdampak pada menurunnya kondisi mesin kendaraan, terutama untuk kampas kopling dan kampas rem.
"Mesin yang terlalu sering dihidupkan dan dimatikan berulang-ulang akan berdampak pada performa mesin. Padahal kebanyakan kendaraan umum ini melayani perjalanan jarak jauh," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berharap agar masing-masing perusahaan selalu memastikan kondisi mesin kendaraan mereka.
"Sebelum arus mudik maupun balik beberapa waktu lalu kami sudah mengimbau dan mendampingi masing-masing perusahaan angkutan umum untuk mengecek mesin kendaraan mereka. Meski demikian, saat ini cek mesin harus kembali dilakukan," katanya.
Pewarta: Aris WA
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: