Denpasar (ANTARA News) - Manajer Pemasaran UB PP Logam Mulia, Agung Kusumawardhana, menyatakan, kenaikan harga emas terakhir ini mengindikasikan emas masih membuktikan ketangguhannya sebagai investasi alternatif di tengah kondisi stok pasar turun, dan pelemahan dolar Amerika Serikat.

"Namun sayang pembeli masih tertarik membeli emas karena persepsi masih mahal dan menunggu peluang harga emas sedikit menurun," kata Kusumawardhana, dalam surat elektronika yang diterima Antara di Denpasar, Kamis.

Dia memprediksi harga emas pada awal 2016 pada level harga rata-rata yang tidak terlalu optimis di kisaran 1.18 dolar AS/toz, seiring dengan trend harga di 2015.

Beberapa asumsi yang menentukan harga rata-rata emas pada semester I-2016 sesuai skenario dasar adalah tekanan terhadap dolar yang memprediksikan kondisi perekonomian akan stabil. Kondisi China akan membaik akibat tumbuhnya GDP China secara perlahan.

Disamping itu ada interest Rate Bank UK akan naik, sehingga keperluan di UK akan turun (konsumsi total UK di tahun 2014 terletak di posisi 18 dari 20 negara terbesar atau 1.1 Persen dari total konsumsi dunia).

Ia menyebutkan, prediksi ini membawa penentuan target penjualan PT ANTAM (Persero) Tbk menjadi kurang lebih sama dengan tahun 2015, walaupun tahun 2015 adalah kinerja outstanding untuk PT ANTAM (Persero) Tbk dikarenakan adanya keperluan yang tinggi dari India.



Kusumawardhana mengatakan, hal yang mengejutkan terjadi pada hari Jumat pagi (1/7) dimana kenaikan harga terjadi sangat signifikan dan membuktikan kekhawatiran investor di pasar masih mengandalkan emas sebagai safe heaven against inflation.