Manado (ATARA News) - Sebanyak 2.300 warga korban bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, masih menetap di pengungsian.

"Jumlah itu (2.300 warga) berasal dari 10 kecamatan. Memang ada yang menetap di bangunan pemerintah, gereja, swasta, tetapi ada juga yang tinggal di rumah keluarga," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Sangihe Reintje Tamboto di Manado, Senin.

Meski demikian, kata dia, untuk stok kebutuhan pangan masih tetap tersedia dan didistribusikan ke tempat-tempat pengungsian.

"Ada dapur umum yang ditempatkan. Untuk saat ini kebutuhan pangan masih bisa terpenuhi. Ada memang bantuan yang dari para donatur yang didistribusikan langsung kepada korban," ujarnya.

Tugas BPPD Kabupaten Kepulauan Sangihe saat ini, kata dia, terus melakukan identifikasi apa yang menjadi kebutuhan warga pengungsi setiap harinya.

Bencana banjir, tanah longsor dan gelombang pasang yang terjadi tanggal 20-21 Juni 2016 menghantam beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Tahuna, Kecamatan Tahuna Barat, Kecamatan Tahuna Timur, Kecamatan Manganitu, Kecamatan Kendahe, Kecamatan Tamako, Kecamatan Manganitu Selatan dan Kecamatan Tatoareng.

Bencana ini mengakibatkan lima meninggal, empat orang dinyatakan hilang, tiga orang mengalami luka berat.

Data sementara pascabencana sebanyak 513 kepala keluarga atau 1.917 masih diungsikan ke sejumlah tempat yaitu Gereja Moria Kelurahan Kolongan Akembawi, Gereja Lohongtulumang, Gereja Sion Kelurahan Kolongan Beha, rumah penduduk Kelurahan Kolongan Beha Baru, SD GMIST Sion Beha, rumah penduduk Kelurahan Tapuang dan Kelurahan Enempahembang.