Tiga tewas saat pasukan Libya hadapi ISIS di Sirte tengah
2 Juli 2016 19:55 WIB
Warga mengambil gambar menyusul adanya ledakan bom mobil di depan sebuah rumah sakit di Benghazi, Senin (13/513). Tiga orang tewas dan 17 lainnya terluka hari Senin kemarin saat bom meledak, seorang dokter rumah sakit memberi keterangan. Dokter kedua mengatakan hanya satu jenazah yang sampai dengan utuh, membuat sulit untuk menentukan jumlah korban yang tewas. (REUTERS/Esam Al-Fetori)
Misrata (ANTARA News) - Pasukan Libya, yang berjuang membebaskan kota Sirte dari ISIS, mengepung balai pertemuan di wilayah kekuasaan kelompok keras tersebut setelah serangan udara dan bentrokan menewaskan sedikit-dikitnya tiga pejuang pemerintah, kata pejabat tinggi.
Pasukan bersekutu dengan Pemerintah Persatuan Libya mengawali serangan tersebut sejak dua bulan lalu untuk membebaskan Sirte dari IS setelah kelompok keras itu mengambil keuntungan dari pertempuran antar-pesaing untuk mendapatkan wilayah dan menguasai kota pesisir tersebut pada tahun lalu.
Tiga pejuang tewas dan lebih dari 30 orang terluka selama pertempuran pada Jumat setelah kelompok keras itu mengusir warga distrik 700 tersebut dalam pertempuran sengit, yang melibatkan roket, mortir dan senapan, kata komandan utama dan petugas rumah sakit.
Komandan pasukan di dekat pelabuhan kota Misrata mengatakan bahwa masih ada pemberontak ISIS di sekitar gugus pertemuan Ougadougou, Sirte, dan dekat rumah sakit. Namun, penembak gelap dan ranjau darat memperlambat penyerbuan.
"Kawasan permukiman 700 telah dibebaskan dan pada pukul 18.00 waktu setempat Ougadougou tengah serta rumah sakit terkepung," kata Kepala Intelijen Misrata Mohamed Gnaidy kepada Reuters.
"Pasukan kami melakukan serangan udara di Ougadougou," katanya.
Menurut dia, pasukan di Misrata juga menyerang rumah yang dijadikan tempat persembunyian oleh sebagian komandan ISIS, namun belum ada keterangan terkait korban jiwa atau sejauh mana operasi pembebasan pasukan ISIS yang masih tersisa di Sirte.
Pasukan Misrata mengawal pasukan PBB yang mendukung pemerintah kesatuan di Tripoli yang berarti menggantikan dua pemerintahan berseteru dan mengatasi perpecahan di antara faksi bersenjata di Libya yang perlahan-lahan mengemuka setelah kejatuhan Mummar Gaddafi pada 2011.
Pertempuran di Sirte telah diredakan oleh penembak jitu dan ledakan bom setelah pasukan Misrata menyatakan bahwa mereka kekurangan perlengkapan dan taktik untuk menghalau kelompok militan bersenjata di sekitar vila dan jalan-jalan di Sirte tengah.
Setiap kejatuhan Sirte akan menjadi pukulan telak bagi ISIS di Libya, khususnya setelah kelompok militan tersebut juga mundur di Irak, dengan kehilangan Kota Falluja dan wilayah lainnnya dari pasukan Irak.
Sejumlah komandan ISIS di Irak telah mengirimkan utusan ke Libya, namun kelompok garis keras tersebut berjuang untuk menyamai keberhasilan mereka di negara di Afrika Utara tersebut saat mereka menghadapi resistensi dari kelompok pendukung pemerintah dan pesaing sesama pejuang Islam.
(Uu.M038)
Pasukan bersekutu dengan Pemerintah Persatuan Libya mengawali serangan tersebut sejak dua bulan lalu untuk membebaskan Sirte dari IS setelah kelompok keras itu mengambil keuntungan dari pertempuran antar-pesaing untuk mendapatkan wilayah dan menguasai kota pesisir tersebut pada tahun lalu.
Tiga pejuang tewas dan lebih dari 30 orang terluka selama pertempuran pada Jumat setelah kelompok keras itu mengusir warga distrik 700 tersebut dalam pertempuran sengit, yang melibatkan roket, mortir dan senapan, kata komandan utama dan petugas rumah sakit.
Komandan pasukan di dekat pelabuhan kota Misrata mengatakan bahwa masih ada pemberontak ISIS di sekitar gugus pertemuan Ougadougou, Sirte, dan dekat rumah sakit. Namun, penembak gelap dan ranjau darat memperlambat penyerbuan.
"Kawasan permukiman 700 telah dibebaskan dan pada pukul 18.00 waktu setempat Ougadougou tengah serta rumah sakit terkepung," kata Kepala Intelijen Misrata Mohamed Gnaidy kepada Reuters.
"Pasukan kami melakukan serangan udara di Ougadougou," katanya.
Menurut dia, pasukan di Misrata juga menyerang rumah yang dijadikan tempat persembunyian oleh sebagian komandan ISIS, namun belum ada keterangan terkait korban jiwa atau sejauh mana operasi pembebasan pasukan ISIS yang masih tersisa di Sirte.
Pasukan Misrata mengawal pasukan PBB yang mendukung pemerintah kesatuan di Tripoli yang berarti menggantikan dua pemerintahan berseteru dan mengatasi perpecahan di antara faksi bersenjata di Libya yang perlahan-lahan mengemuka setelah kejatuhan Mummar Gaddafi pada 2011.
Pertempuran di Sirte telah diredakan oleh penembak jitu dan ledakan bom setelah pasukan Misrata menyatakan bahwa mereka kekurangan perlengkapan dan taktik untuk menghalau kelompok militan bersenjata di sekitar vila dan jalan-jalan di Sirte tengah.
Setiap kejatuhan Sirte akan menjadi pukulan telak bagi ISIS di Libya, khususnya setelah kelompok militan tersebut juga mundur di Irak, dengan kehilangan Kota Falluja dan wilayah lainnnya dari pasukan Irak.
Sejumlah komandan ISIS di Irak telah mengirimkan utusan ke Libya, namun kelompok garis keras tersebut berjuang untuk menyamai keberhasilan mereka di negara di Afrika Utara tersebut saat mereka menghadapi resistensi dari kelompok pendukung pemerintah dan pesaing sesama pejuang Islam.
(Uu.M038)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: