ITS tetap siapkan "Sapu Angin" pascaterbakar di London
1 Juli 2016 22:37 WIB
Mobil Sapu Angin. Tim Sapu Angin (SA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan uji coba pada mobil berkonsep formula, "Sapu Angin Speed" (SAS) ketika peluncuran di Gedung Rektorat ITS, Surabaya, Jatim, Jumat (23/8/2013). SAS merupakan generasi pertama dari proyek mobil formula karya mahasiswa ITS untuk mengikuti ajang "Student Formula Japan" (SFJ) 2013 pada 3-7 September 2013 di Ogasayama Sport Park, Shizuoka, Jepang. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Surabaya (ANTARA News) - Tim Mobil Sapu Angin ITS Surabaya tetap menyiapkan mobil itu pascaterbakar untuk bisa ikut lomba dalam ajang EcoShell Marathon Challenge Divers World Championship (DWC) di London.
"Hingga Jumat (1/7) siang, tujuh mahasiswa masih terus berkutat dan berusaha keras untuk mengembalikan wujud mobilnya agar bisa jalan dan ikut lomba," kata dosen pembimbing Ir. Witantyo M.Eng.Sc., dalam surat elektronik dari London, Jumat.
Dosen yang mendampingi tujuh mahasiswa anggota tim Sapu Angin itu menjelaskan puing-puing dari sisa terbakarnya mobil langsung dibersihkan untuk didesain ulang dari sisa bahan yang masih bisa digunakan.
"Pihak panitia juga memberikan kesempatan untuk bisa tetap ikut lomba, chasis dan sebagian body mobil serta beberapa mesin masih bisa digunakan. Memang bentuknya jelek, tapi kami berharap performance dan endurance-nya masih bisa seperti hasil latihan terakhir menjelang keberangkatan ke Inggris," katanya.
Catatan terakhir untuk performance Sapu Angin yang berhasil dicapai sebelum berangkat ke Inggris, yakni kecepatan 250 km per jam dan bisa ditingkatkan hingga 300 km per jam.
Capaian itu, di atas kertas --dengan konsumsi bahan bakar yang disediakan 90 persen dari apa yang pernah dicapai pada saat di Filipina-- bisa keluar sebagai juara.
"Kami mohon doa restu dari masyarakat Indonesia. Tantangan terberat kami saat ini adalah berpacu dengan waktu untuk bisa masuk sekaligus lolos dari technical inspection, sehingga mobil bisa maju di arena lomba," katanya.
Wiyantyo terus berusaha memupuk semangat para mahasiswa setelah sebelumnya sempat kecewa berat melihat mobilnya terbakar.
"Tapi, para mahasiswa kini kembali bersemangat untuk mewujudkan mimpinya bisa tetap ikut lomba. Para mahasiswa juga masih tetap menjalankan ibadah puasa, meski harus bekerja ekstra keras dengan waktu berpuasa lebih dari 19 jam," katanya.
Ia berharap semangat ini masih terus terjaga. "Karena kami bukan hanya ingin mempersembahkan kemenangan nantinya buat almamater ITS, tapi juga buat bangsa Indonesia," katanya.
Sementara itu, masyarakat Surabaya juga berharap tim Sapu Angin tetap bersemangat seperti para pahlawan dalam pertempuran 10 November 1945 oleh Arek-Arek Suroboyo yang mendorong kemerdekaan Indonesia.
"Semoga semangat Arek-Arek Suroboyo melekat dalam jiwa mereka untuk membuktikan bahwa bangsa Indonesia tidak kalah dari bangsa-bangsa lain di dunia," ujar warga Surabaya, Anshori.
"Hingga Jumat (1/7) siang, tujuh mahasiswa masih terus berkutat dan berusaha keras untuk mengembalikan wujud mobilnya agar bisa jalan dan ikut lomba," kata dosen pembimbing Ir. Witantyo M.Eng.Sc., dalam surat elektronik dari London, Jumat.
Dosen yang mendampingi tujuh mahasiswa anggota tim Sapu Angin itu menjelaskan puing-puing dari sisa terbakarnya mobil langsung dibersihkan untuk didesain ulang dari sisa bahan yang masih bisa digunakan.
"Pihak panitia juga memberikan kesempatan untuk bisa tetap ikut lomba, chasis dan sebagian body mobil serta beberapa mesin masih bisa digunakan. Memang bentuknya jelek, tapi kami berharap performance dan endurance-nya masih bisa seperti hasil latihan terakhir menjelang keberangkatan ke Inggris," katanya.
Catatan terakhir untuk performance Sapu Angin yang berhasil dicapai sebelum berangkat ke Inggris, yakni kecepatan 250 km per jam dan bisa ditingkatkan hingga 300 km per jam.
Capaian itu, di atas kertas --dengan konsumsi bahan bakar yang disediakan 90 persen dari apa yang pernah dicapai pada saat di Filipina-- bisa keluar sebagai juara.
"Kami mohon doa restu dari masyarakat Indonesia. Tantangan terberat kami saat ini adalah berpacu dengan waktu untuk bisa masuk sekaligus lolos dari technical inspection, sehingga mobil bisa maju di arena lomba," katanya.
Wiyantyo terus berusaha memupuk semangat para mahasiswa setelah sebelumnya sempat kecewa berat melihat mobilnya terbakar.
"Tapi, para mahasiswa kini kembali bersemangat untuk mewujudkan mimpinya bisa tetap ikut lomba. Para mahasiswa juga masih tetap menjalankan ibadah puasa, meski harus bekerja ekstra keras dengan waktu berpuasa lebih dari 19 jam," katanya.
Ia berharap semangat ini masih terus terjaga. "Karena kami bukan hanya ingin mempersembahkan kemenangan nantinya buat almamater ITS, tapi juga buat bangsa Indonesia," katanya.
Sementara itu, masyarakat Surabaya juga berharap tim Sapu Angin tetap bersemangat seperti para pahlawan dalam pertempuran 10 November 1945 oleh Arek-Arek Suroboyo yang mendorong kemerdekaan Indonesia.
"Semoga semangat Arek-Arek Suroboyo melekat dalam jiwa mereka untuk membuktikan bahwa bangsa Indonesia tidak kalah dari bangsa-bangsa lain di dunia," ujar warga Surabaya, Anshori.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: