Jakarta (ANTARA News) - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Persero akan membangun peternakan sapi yang terintegrasi dengan perkebunan tebu dan direncanakan mulai dikembangkan pada 2017 dan nantinya diharapkan mampu mencakup sektor hulu hingga hilir.

"Beberapa waktu lalu sebanyak 407 ekor sapi sudah datang, itu merupakan bagian dari rencana besar RNI untuk membangun integrasi tebu dengan sapi yang akan kita kembangkan pada 2017," kata Direktur Utama PT RNI Persero, Didik Prasetyo, di Jakarta, Rabu.

Didik mengatakan, PT RNI ingin lebih terlibat dalam bisnis sapi di dalam negeri untuk kedepannya. Dengan adanya rencana integrasi antara peternakan sapi dan perkebunan tebu tersebut, Didik menyatakan bahwa pihaknya akan membuat satu anak perusahaan baru yang fokus terhadap sektor bisnis itu.

"Rencananya, akan dibentuk satu anak perusahaan tersendiri supaya bisnis integrasi sapi dengan tebu bisa lebih fokus," kata Didik.

Menurut Didik, pihaknya ingin memanfaatkan kandang yang dimiliki PT RNI yang saat ini sudah terbangun, namun masih belum optimal penggunaannya. Dalam skema integrasi tersebut, nantinya sapi-sapi yang dimiliki PT RNI akan diberi pakan ternak berupa pucuk tebu.

Didik menambahkan, dirinya mengharapkan pada akhirnya bisnis integrasi tersebut mampu mencakup mulai dari sektor hulu hingga hilir. Pada kuartal II 2016, ada kurang lebih sebanyak 407 ekor sapi yang sudah masuk ke Indonesia dari Australia pada 17 Mei 2016.

"Kita sudah mengajukan untuk impor kuartal III sebanyak 1.500 ekor ke pemerintah, namun izin importasinya masih belum keluar. Kita akan perluas kandangnya, diharapkan industri ini bisa dari hulu hingga hilir atau menjadi produk yang sudah diolah," kata Didik.

Terkait dengan daging sapi, pemerintah saat ini tengah berupaya untuk menurunkan harga bahan pokok tersebut ke level Rp80.000 per kilogram dimana saat ini harga rata-rata daging sapi nasional mencapai Rp115.000 per kilogram.

Selama bulan Ramadhan, ada penambahan pasokan kurang lebih sebanyak 27.400 ton yang terbagi dari penugasan kepada Perum Bulog sebesar 10.000 ton yang hingga lebaran diperkirakan terealisasi sebanyak 3.000 ton.

Selain itu, PT Berdikari sebanyak 5.000 ton dan diperkirakan terealisasi sebanyak 1.000 ton pada masa puasa hingga Lebaran, PT Darmajaya sebanyak 500 ton dan dari pihak swasta kurang lebih sekitar 20.000 ton.