Pengamat: penumpang jangan mengeluh terhadap pengamanan ketat di bandara
29 Juni 2016 20:41 WIB
Menhub Pantau Bandara Soetta. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan (tengah) memantau kesiapan terminal 1 Bandar Udara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/6/2016). Menjelang arus mudik Lebaran 2016, Jonan memantau kesiapan bandar udara internasional Soekarno Hatta serta bandar udara lainya yang di bawah kordinasi PT Angkasa Pura II. (ANTARA FOTO/Lucky R)
Pontianak, 29/6 (Antara) - Pengamat Penerbangan Alvien Lie mengimbau kelada para penumpang agar jangan mengeluh apabila pengamanan di bandara yang saat ini diperketat.
"Pengguna bandara atau penumpang harus memaklumi pengetatuan keamanan di bandara karena demi keselamatan bersama," kata Alvin saat ditemui di Bandara Supadio, Pontianak, Rabu.
Pernyataan itu menyusul kejadian peledakan bom bunuh diri di Bandara Ataturk, Turki pada Selasa (28/6) malam waktu setempat.
Setidaknya, 28 orang tewas dan 60 orang luka-luka yang disebabkan oleh diduga tiga orang pelaku bom bunuh diri.
Menurut Alvin, kejadian tersebut menambah daftar serangan teroris di bandara sebagai target di mana terdapat ratusan orang serta langsung mendapat sorotan internaional.
Sebelumnya juga pernah terjadi di Bandara Brussel dan lainnya.
"Ini yang menjadi pelajaran bagi kita, artinya pengamanan bandara sendiri harus ketat dan steril," katanya.
Karena itu, saat ini, contohnya di Bandara Soekarno-Hatta, pemeriksaan dilakukan dua lapis, yaitu sebelum "check in" dan ketika penumpang memasuki "boarding lounge".
Penumpang diwajibkan menanggalkan benda-benda yang mengandung logam, baik itu telepon genggam, jam tangan, bahkan ikat pinggang.
"Petugas juga tidak boleh pandang bulu, memang bagi sebagian penumpang ini merepotkan tapi untuk keamanan dan keselamatan harus patuh terhadap peraturan," katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo mengatakan pengamanan tersebut sesuai dengan standar internasional, yaitu standar Organisasi Penerbangan Sipil Dunia (ICAO).
"Saat ini kita telah mendapatkan skor 94,5 dan ini wajib diikuti oleh seluruh penumpang," katanya.
"Pengguna bandara atau penumpang harus memaklumi pengetatuan keamanan di bandara karena demi keselamatan bersama," kata Alvin saat ditemui di Bandara Supadio, Pontianak, Rabu.
Pernyataan itu menyusul kejadian peledakan bom bunuh diri di Bandara Ataturk, Turki pada Selasa (28/6) malam waktu setempat.
Setidaknya, 28 orang tewas dan 60 orang luka-luka yang disebabkan oleh diduga tiga orang pelaku bom bunuh diri.
Menurut Alvin, kejadian tersebut menambah daftar serangan teroris di bandara sebagai target di mana terdapat ratusan orang serta langsung mendapat sorotan internaional.
Sebelumnya juga pernah terjadi di Bandara Brussel dan lainnya.
"Ini yang menjadi pelajaran bagi kita, artinya pengamanan bandara sendiri harus ketat dan steril," katanya.
Karena itu, saat ini, contohnya di Bandara Soekarno-Hatta, pemeriksaan dilakukan dua lapis, yaitu sebelum "check in" dan ketika penumpang memasuki "boarding lounge".
Penumpang diwajibkan menanggalkan benda-benda yang mengandung logam, baik itu telepon genggam, jam tangan, bahkan ikat pinggang.
"Petugas juga tidak boleh pandang bulu, memang bagi sebagian penumpang ini merepotkan tapi untuk keamanan dan keselamatan harus patuh terhadap peraturan," katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo mengatakan pengamanan tersebut sesuai dengan standar internasional, yaitu standar Organisasi Penerbangan Sipil Dunia (ICAO).
"Saat ini kita telah mendapatkan skor 94,5 dan ini wajib diikuti oleh seluruh penumpang," katanya.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: