Ribuan umat Hindu padati Pura Jagatnatha rayakan Pagerwesi
29 Juni 2016 12:00 WIB
Umat Hindu bersembahyang dengan sarana sesajen dan bunga dalam perayaan Hari Pagerwesi di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali. Umat Hindu di Bali meyakini Hari Pagerwesi merupakan hari pemujaan Tuhan sebagai guru tertinggi di alam semesta sehingga persembahyangan dilakukan untuk keteguhan iman dalam menggunakan ilmu pengetahuan. (ANTARA/Nyoman Budhiana)
Singaraja (ANTARA News) - Ribuan umat Hindu di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, memadati Pura Agung Jagatnatha di dalam rangkaian Hari Suci Pagerwesi yang dimaknai sebagai momentum meneguhkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Suasana Pura padat sejak Pukul 07.00 WITA. Umat sangat khusuk melakukan persembahyangan bersama-sama dengan keluarga dan teman-teman," kata Made Dian Pramana Putra, salah satu tokoh muda Hindu di daerah itu, Rabu.
Ia mengatakan, Pura Agung Jagatnatha yang notabene merupakan Pura terbesar di kabupaten terluas di Bali itu memang selalu dipadati umat Hindu dari segala penjuru setiap perayaan besar keagamaan.
Terlebih lagi, kata dia, Pagerwesi di Buleleng dirayakan lebih semarak dan meriah dibandingkan Galungan maupun Kuningan. "Sudah menjadi tradisi kami di Bali Utara memperingati Pagerwesi lebih khidmat dan khusuk dibandingkan hari keagamaan lain," tambahnya.
Ia mengatakan, kalangan mahasiswa asal berbagai daerah di Bali yang menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri maupun swasta di Singaraja melakukan persembahyangan di Pura Jagatnatha.
"Mereka biasanya tidak pulang ke daerahnya masing-masing dan bersembahyang di Jagatnatha Singaraja karena lebih dekat dan mudah dijangkau dari wilayah kota," paparnya.
Sementara itu, Akademisi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan, Kota Singaraja, Bali, Nyoman Suka Ardiyasa, MPd MFil.H mengatakan momentum Hari Suci Pagerwesi dimaknai sebagai momentum teguhkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ia mengatakan, sesaji pagar jiwa adalah adalah inti ritual perayaan Pagerwesi bagi umat kebanyakan. Bagi para pendeta (sulinggih) hari Pagerwesi adalah hari penegakan diri sebagai "Lingga" atau tubuh niskala "Hyang Siwa" atau manifestasi Tuhan sebagai Dewa Siwa.
"Dengan sesaji Sesayut Panca Lingga atau sesaji lima pilar batin, khusus meneguhkan diri Sulinggih menjadikan diri sebagai poros atau pilar semesta lewat ritual memutar aksara Brahma atau ngarga," kata dia.
"Suasana Pura padat sejak Pukul 07.00 WITA. Umat sangat khusuk melakukan persembahyangan bersama-sama dengan keluarga dan teman-teman," kata Made Dian Pramana Putra, salah satu tokoh muda Hindu di daerah itu, Rabu.
Ia mengatakan, Pura Agung Jagatnatha yang notabene merupakan Pura terbesar di kabupaten terluas di Bali itu memang selalu dipadati umat Hindu dari segala penjuru setiap perayaan besar keagamaan.
Terlebih lagi, kata dia, Pagerwesi di Buleleng dirayakan lebih semarak dan meriah dibandingkan Galungan maupun Kuningan. "Sudah menjadi tradisi kami di Bali Utara memperingati Pagerwesi lebih khidmat dan khusuk dibandingkan hari keagamaan lain," tambahnya.
Ia mengatakan, kalangan mahasiswa asal berbagai daerah di Bali yang menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri maupun swasta di Singaraja melakukan persembahyangan di Pura Jagatnatha.
"Mereka biasanya tidak pulang ke daerahnya masing-masing dan bersembahyang di Jagatnatha Singaraja karena lebih dekat dan mudah dijangkau dari wilayah kota," paparnya.
Sementara itu, Akademisi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan, Kota Singaraja, Bali, Nyoman Suka Ardiyasa, MPd MFil.H mengatakan momentum Hari Suci Pagerwesi dimaknai sebagai momentum teguhkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ia mengatakan, sesaji pagar jiwa adalah adalah inti ritual perayaan Pagerwesi bagi umat kebanyakan. Bagi para pendeta (sulinggih) hari Pagerwesi adalah hari penegakan diri sebagai "Lingga" atau tubuh niskala "Hyang Siwa" atau manifestasi Tuhan sebagai Dewa Siwa.
"Dengan sesaji Sesayut Panca Lingga atau sesaji lima pilar batin, khusus meneguhkan diri Sulinggih menjadikan diri sebagai poros atau pilar semesta lewat ritual memutar aksara Brahma atau ngarga," kata dia.
Pewarta: IMB Andi Purnomo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: