Industri sawit hadapi tantangan berat
28 Juni 2016 20:04 WIB
Petani mengangkut hasil panen buah kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, Kamis (10/2/16). (ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang/nz/16)
Jakarta (ANTARA News) - Industri kelapa sawit hingga tahun depan masih menghadapi tantangan berat sebagai akibat dampak El Nino sejak 2015 sehingga akan memengaruhi kinerja perusahaan dan produksi.
"Untuk menekan kerugian akibat dampak alam tersebut perusahaan akan terus meningkatkan efisiensi serta utilitas dalam usahanya, agar indikator finansial memperlihatkan perkembangan dan kemajuan positif," kata Direktur Utama PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Rimbun Situmorang kepada pers, di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, kesulitan yang dihadapi industri sawit akibat dampak El Nino serta penurunan harga CPO di pasar global bukan hanya dialami perseroan tapi juga semua industri serupa secara nasional.
Meskipun akan menghadapi tantangan berat, katanya, namun tanda-tanda perbaikan seperti dengan makin meningkatnya harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) mulai menunjukkan tren positif.
Sekali pun harga CPO saat ini sudah semakin baik dalam beberapa bulan terakhir, dia menambahkan, penurunan harga komoditas tersebut masih akan berdampak pada kinerja perseroan tahun 2016, apalagi El Nino yang berlangsung sejak 2015 masih berlangsung dan diperkirakan masih akan berdampak hingga akhir 2017.
"Tahun lalu El Nino menyebabkan produksi kelapa sawit perseroan turun hingga 16 persen, dan kami memperkirakan hingga akhir 2016 produksi CPO perseroan bakal terkoreksi antara 15 hingga 20 persen," katanya.
Rimbun memperkirakan produksi minyak kelapa sawit akan membaik lagi pada 2017 atau 2018. Sedangkan harga CPO di pasar dunia pada April-Mei rata-rata mencapai 600 hingga 630 dolar AS per matrik ton.
Meskipun menghadapi kesulitan, katanya, perseroan masih bisa membagikan dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp168,27 miliar atau 30 persen dari laba bersih perseroan tahun buku 2015.
Dia menyatakan, perseroan masih mampu melakukan pembagian saham di tengah kelesuan industri sawit disebabkan peningkatan kinerja perseroan yang mencatatkan saham di pasar modal sejak Desember 2013 terlihat signifikan.
Luas areal tanam perseroan saat ini mencapai 69.841 hektare, naik 105 persen dibandingkan 2014, sementara hingga akhir 2015 jumlah tandan buah segar (TBS) yang diproses di pabrik milik perseroan mencapai 1,35 juta ton yang menghasilkan 321.238 ton CPO.
Rata-rata usia tanaman sawit perseroan mencapai tujuh tahun dan sebagian besar tanaman akan masuk tahun puncak produksi dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun mendatang.
Manajemen perseroan tahun ini telah mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp450 miliar, dan dalam tiga bulan pertama dana yang diambil dari kas terserap 20 persen yang digunakan untuk pemupukan dan penanaman pohon kelapa sawit.
"Untuk menekan kerugian akibat dampak alam tersebut perusahaan akan terus meningkatkan efisiensi serta utilitas dalam usahanya, agar indikator finansial memperlihatkan perkembangan dan kemajuan positif," kata Direktur Utama PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Rimbun Situmorang kepada pers, di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, kesulitan yang dihadapi industri sawit akibat dampak El Nino serta penurunan harga CPO di pasar global bukan hanya dialami perseroan tapi juga semua industri serupa secara nasional.
Meskipun akan menghadapi tantangan berat, katanya, namun tanda-tanda perbaikan seperti dengan makin meningkatnya harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) mulai menunjukkan tren positif.
Sekali pun harga CPO saat ini sudah semakin baik dalam beberapa bulan terakhir, dia menambahkan, penurunan harga komoditas tersebut masih akan berdampak pada kinerja perseroan tahun 2016, apalagi El Nino yang berlangsung sejak 2015 masih berlangsung dan diperkirakan masih akan berdampak hingga akhir 2017.
"Tahun lalu El Nino menyebabkan produksi kelapa sawit perseroan turun hingga 16 persen, dan kami memperkirakan hingga akhir 2016 produksi CPO perseroan bakal terkoreksi antara 15 hingga 20 persen," katanya.
Rimbun memperkirakan produksi minyak kelapa sawit akan membaik lagi pada 2017 atau 2018. Sedangkan harga CPO di pasar dunia pada April-Mei rata-rata mencapai 600 hingga 630 dolar AS per matrik ton.
Meskipun menghadapi kesulitan, katanya, perseroan masih bisa membagikan dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp168,27 miliar atau 30 persen dari laba bersih perseroan tahun buku 2015.
Dia menyatakan, perseroan masih mampu melakukan pembagian saham di tengah kelesuan industri sawit disebabkan peningkatan kinerja perseroan yang mencatatkan saham di pasar modal sejak Desember 2013 terlihat signifikan.
Luas areal tanam perseroan saat ini mencapai 69.841 hektare, naik 105 persen dibandingkan 2014, sementara hingga akhir 2015 jumlah tandan buah segar (TBS) yang diproses di pabrik milik perseroan mencapai 1,35 juta ton yang menghasilkan 321.238 ton CPO.
Rata-rata usia tanaman sawit perseroan mencapai tujuh tahun dan sebagian besar tanaman akan masuk tahun puncak produksi dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun mendatang.
Manajemen perseroan tahun ini telah mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp450 miliar, dan dalam tiga bulan pertama dana yang diambil dari kas terserap 20 persen yang digunakan untuk pemupukan dan penanaman pohon kelapa sawit.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: