London (ANTARA News) - Maskapai penerbangan bertarif murah EasyJet pada Senin (27/06) memperingatkan bahwa keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa atau Brexit (British Exit) dalam referendum pada 23 Juni akan merugikan bisnisnya selama enam bulan ke depan.

Maskapai penerbangan Inggris tersebut mengatakan keputusan itu akan menimbulkan ketidakpastian di bidang ekonomi dan di kalangan konsumen pada musim panas ini.

Hasil itu bisa mengakibatkan turunnya pendapatan per kursi -- tolok ukur efisiensi bisnis untuk maskapai penerbangan -- sebesar lima persen “setidaknya” selama periode enam bulan hingga 30 September jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kata EasyJet dalam sebuah pernyataan.

EasyJet menyatakan pihaknya sudah mencatat 1.061 pembatalan sejauh ini pada periode April hingga Juni karena aksi mogok yang dilakukan pengendali lalu lintas udara Prancis, kepadatan di bandara London-Gatwick dan cuaca buruk.

Jika digabungkan dengan efek jatuhnya pesawat EgyptAir dengan nomor penerbangan MS804 pada 19 Maret saat sedang dalam perjalanan dari Paris ke Kairo, yang menewaskan 66 orang, anjloknya jumlah penumpang mengakibatkan laba sebelum pajak pada periode April hingga Juni turun sebesar 28 juta poundsterling (sekitar Rp 495,8 miliar).