Bank sentral sedunia jaga stabilitas pasca Brexit
27 Juni 2016 13:53 WIB
Ilustrasi Kantor Pusat Bank of England, di London. Gubernur Bank of England, Mark Carney, langsung mengumumkan sikap dan antisipasi institusi yang dia pimpin setelah hasil referendum keanggotaan Inggris di Uni Eropa diumumkan. Inggris menyumbang sekitar 11,8 persen PDB Uni Eropa. (uk.reuters.com)
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 30 pimpinan bank sentral dari berbagai negara siap menjaga kelancaran dan kestabilan pasar keuangan global setelah Inggris dari Uni Eropa alias kemenangan bagi kubu Brexit, walau perbedaannya sangat tipis.
Para gubernur bank sentral itu telah melakukan pertemuan ekonomi global (Global Economic Meeting), di Basel, Swiss, sebagai rangkaian pertemuan tahunan Bank for International Settlement (BIS), satu organisasi keuangan yang beranggotakan negara-negara penyumbang 95 persen PDB dunia.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, dalam pernyataan diterima di Jakarta, Senin, mengatakan, para pimpinan bank sentral berkumpul di Basel membahas mengenai dampak hasil referendum Inggris terhadap perekonomian, termasuk dukungan terhadap langkah antisipati oleh Bank Sentral Inggris (Bank of England).
"Para gubernur bank sentral juga menyatakan komitmen untuk senantiasa memonitor perkembangan kelancaran dan stabilitas pasar keuangan," tuturnya.
Dia menuturkan pertemuan itu juga mempererat kerja sama antarbank sentral untuk memastikan kelancaran dan stabilitas pasar keuangan tetap terjaga.
Bank Indonesia, kata Martowardoyo, juga akan terus mencermati potensi risiko yang mungkin muncul terhadap perekonomian Indonesia dan telah mempersiapkan langkah-langkah antisipatif yang diperlukan.
"Selain itu, Bank Indonesia juga terus mempererat kerjasama dengan pemerintah, OJK, dan LPS, maupun dengan otoritas bank sentral negara lain untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional," kata dia.
Para gubernur bank sentral itu telah melakukan pertemuan ekonomi global (Global Economic Meeting), di Basel, Swiss, sebagai rangkaian pertemuan tahunan Bank for International Settlement (BIS), satu organisasi keuangan yang beranggotakan negara-negara penyumbang 95 persen PDB dunia.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, dalam pernyataan diterima di Jakarta, Senin, mengatakan, para pimpinan bank sentral berkumpul di Basel membahas mengenai dampak hasil referendum Inggris terhadap perekonomian, termasuk dukungan terhadap langkah antisipati oleh Bank Sentral Inggris (Bank of England).
"Para gubernur bank sentral juga menyatakan komitmen untuk senantiasa memonitor perkembangan kelancaran dan stabilitas pasar keuangan," tuturnya.
Dia menuturkan pertemuan itu juga mempererat kerja sama antarbank sentral untuk memastikan kelancaran dan stabilitas pasar keuangan tetap terjaga.
Bank Indonesia, kata Martowardoyo, juga akan terus mencermati potensi risiko yang mungkin muncul terhadap perekonomian Indonesia dan telah mempersiapkan langkah-langkah antisipatif yang diperlukan.
"Selain itu, Bank Indonesia juga terus mempererat kerjasama dengan pemerintah, OJK, dan LPS, maupun dengan otoritas bank sentral negara lain untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional," kata dia.
Pewarta: Indra Pribadi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: