Informasi dari pihak keluarga, di Jakarta, Minggu, menyatakan, mantan sekretaris jenderal PDI Perjuangan itu wafat di Kroasia setelah sakit.
"Saya mendapat telepon dari kroasia pada pukul 17.00 WIT dikabarkan bahwa papa meninggal dunia, setelah sakit kurang lebih 1,5 bulan," kata putri kedua Alex Litaay, Adventya Zamyra Litaay, ketika dihubungi melalui telepon seluler, Minggu.
Ia mengatakan, direncanakan jenazah akan dipulangkan ke Indonesia Senin (27/6) dan ditangani Kementerian Luar Negeri. "Kami minta dukungan doa agar proses pemulangan jenazah papa berjalan lancar tanpa ada kendala," katanya.
Litaay dilantik menjadi duta besar Indonesia bersama 12 koleganya, di Istana Merdeka, pada 12 Januari 2016.
Sebelum ke sana, dia menjadi anggota DPR dari PDI Perjuangan (kemudian) selama 15 tahun dari daerah pemilihan Maluku dan Irian Jaya (saat itu). Dia juga putera Maluku perdana yang menjadi pucuk pimpinan partai politik pada masa Orde Baru berkuasa.
Perjuangan putra pasangan Mezaac J Litaay dan Marthina Hobertina Toisutta yang lahir di Ambon pada 1 Oktober 1948 ini di kancah politik sudah cukup lama.
Di tahun 1969, Litaay menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Ambon pada 1969 dan masuk Parkindo Maluku dua tahun kemudian. Jabatan wakil ketua BPC GMKI Ambon (1974-1976) dan sekretaris PP GMKI Regional Maluku dan Irian Jaya, Ambon (1976-1978) pernah dia duduki.
Dari pernikahannya dengan Maureen Littay Moenandar --mantan guru SMA Kristen Ambon (1970-1975) yang fasih berbahasa Inggris dan Belanda-- ini dikaruniai tiga orang anak yaitu Natasya Alexandra Litaay, Adventya Zamyra Litaay, dan Thomas Mandela Demokrasio Litaay.