Jakarta (ANTARA News) Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Bahlil Lahadalia, mengingatkan, meski dampaknya kepada perekonomian Indonesia tidak seberapa, tetapi fenomena Brexit dapat memicu meningkatnya dukungan terhaddap proteksionisme perdagangan.

"Dampak langsung terhadap perdagangan dengan Inggris tidak terlalu mengganggu. Meski demikian, semangat Brexit ini dapat mempengaruhi suasana kebatinan negara-negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)," kata Lahadalia, di Jakarta, Minggu.

Fenomena Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa saja menjadi inspirasi bagi beberapa negara Asean untuk keluar dari MEA, bila fakta perdagangan bebas ini ternyata malah merugikan negara tersebut.

Selain itu, ujar dia, dalam jangka pendek dampak Brexit bisa saja memicu proteksionisme di antara negara-negara MEA, padahal maksud MEA adalah mendorong deregulasi dan mempercepat arus barang, jasa, investasi, dan manusia di antara anggota-anggota MEA.

"Namun setelah Brexit menang ini, anggotanya malah akan memicu proteksi di negara-negara masing-masing. Ini yang harus kita cermati," katanya.

Ketum Hipmi menyatakan, sejak awal memang terlihat adanya paradoks pada era globalisasi di mana saat perdagangan bebas dicanangkan tetapi di lain pihak proteksionisme menguat.

Sementara itu, Ketua Bidang Luar Negeri Hipmi, Alexander Tio, mengingatkan agar pemerintah memperkuat MEA, terlebih mengingat peran historis Indonesia sebagai salah satu inisiator.