Istanbul (ANTARA News) - Uni Eropa (UE) perlu membaca keputusan Inggris untuk keluar dari blok itu (Brexit) secara hati-hati dan mempertimbangkan kembali visi politiknya, kata Perdana Menteri Turki Binali Yildirim.

"UE harus membaca perkembangan ini dengan baik dan menilai kembali visi masa depan," kata Yildirim dalam komentar yang disiarkan televisi setempat, seperti dikutip Reuters, Jumat waktu setempat.

Dia juga mengkritik Perdana Menteri Inggris David Cameron yang mendasarkan kampanyenya dalam menjaga Inggris tetap dalam UE pada gagasan bahwa keanggotaan Turki di blok itu merupakan prospek jangka panjang.

Hasil jajak pendapat atau referendum hampir memastikan Inggris keluar dari UE. Dengan demikian, Inggris akan menjadi negara pertama yang meninggalkan Uni Eropa sejak negeri Ratu Elizabeth II ini bergabung pada 1973, kala itu masih bernama EEC (European Economic Community).

Menurut laman BBC, proses pemisahan itu bisa memakan waktu minimal dua tahun.

Selain itu, Perdana Menteri David Cameron harus memutuskan menggunakan Pasal 50 Perjanjian Lisbon, yang akan memberikan waktu dua tahun bagi Inggris untuk bernegosiasi.

Pasal 50 juga menyebutkan bahwa suatu negara tidak dapat bergabung kembali ke dalam Uni Eropa tanpa persetujuan dari semua negara anggota.