Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak melemah sebesar 105 poin menjadi Rp13.353 dibandingkan posisi sebelumnya pada posisi Rp13.248 per dolar AS.

"Sentimen Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) menjadi faktor utama yang membuat nilai tukar rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS," ujar Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Jumat.

Akibat sentimen itu, ia mengatakan bahwa mayoritas pelaku pasar uang di dalam negeri cenderung mengakumulasi mata uang "safe haven" seperti dolar AS untuk menjaga nilai asetnya agar tidak tergerus.

Ia menambahkan bahwa sentimen Brexit itu juga menambah ketidakpastian di pasar uang dalam negeri mengingat rencana kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed fund rate) belum ada kejelasannya.

Kendati demikian, ia merasa yakin dampak negatif dari Brexit tidak terlalu besar bagi Indonesia sehingga peluang rupiah kembali menguat masih terbuka, apalagi fundamental ekonomi Indonesia masih baik.

"Pelaku pasar akan menyesuaikan posisi rupiah sesuai dengan fundamental ekonomi domestik," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri mengenai pengampunan pajak juga masih menjadi salah satu faktor yang menahan rupiah bergerak di area positif.

"Kepastian tax amnesty masih harus menunggu hingga pekan depan sehingga menambah ketidakpastian walaupun pemerintah yakin bisa dijalankan mulai Juli 2016," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Jumat mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.296 dibandingkan hari sebelumnya Kamis (23/6) Rp13.265.