IMF pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS jadi 2,2 persen
23 Juni 2016 07:17 WIB
Pengunjung berjalan di antara tugu peringatan 9-11 Empty Sky di Liberty State Park, Jersey City, New Jersey, yang berada di seberang One World Trade Center, New York, Senin (9/9). New York akan memperingati 12 tahun serangan 9-11 di World Trade Center besok. (REUTERS/Gary Hershorn )
Washington (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) pada Rabu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada 2016, menyatakan bahwa tantangan jangka panjang mungkin mengancam pertumbuhan kuat dan berkelanjutannya.
Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 2,2 persen pada 2016, turun dari perkiraan IMF 2,4 persen pada April, kata IMF dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pemeriksaan kesehatan ekonomi tahunan pada ekonomi AS.
Pemberi pinjaman yang berbasis di Washington itu mempertahankan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi AS pada 2017 tidak berubah sebesar 2,5 persen.
Dolar AS, investasi bisnis lambat dan risiko pertumbuhan global kemungkinan akan menimbulkan risiko-risiko jangka pendek terhadap ekonomi AS menurut pernyataan IMF.
IMF menyoroti "empat kekuatan" yang menjadi tantangan terhadap pertumbuhan ekonomi AS mendatang yakni penurunan partisipasi angkatan kerja, pertumbuhan produktivitas yang lemah, peningkatan polarisasi dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, serta peningkatan populasi dalam kemiskinan.
Kekuatan-kekuatan ini tidak hanya akan menimbulkan dampak ekonomi tetapi juga dampak politik pada Amerika Serikat, kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dalam konferensi pers Rabu.
Ketika ditanya komentarnya tentang sentimen anti-perdagangan di AS saat ini, Lagarde mengatakan bahwa ada peningkatan proteksionisme perdagangan, yang tidak akan kondusif untuk pertumbuhan produktivitas.
IMF meminta Washington menolak segala bentuk proteksionisme, meningkatkan investasi infrastruktur, mereformasi pajak penghasilan korporat dan memperkuat kebijakan untuk membantu rumah tangga berpenghasilan rendah guna mengamankan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Sehubungan dengan kemungkinan dampak dari Inggris keluar dari Uni Eropa, Lagarde mengatakan bahwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan berdampak pada ekonomi AS melalui perdagangan dan saluran keuangan, tapi itu tidak mungkin membawa resesi di Amerika Serikat, demikian seperti diwartakan kantor berita Xinhua. (Uu.A026)
Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 2,2 persen pada 2016, turun dari perkiraan IMF 2,4 persen pada April, kata IMF dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pemeriksaan kesehatan ekonomi tahunan pada ekonomi AS.
Pemberi pinjaman yang berbasis di Washington itu mempertahankan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi AS pada 2017 tidak berubah sebesar 2,5 persen.
Dolar AS, investasi bisnis lambat dan risiko pertumbuhan global kemungkinan akan menimbulkan risiko-risiko jangka pendek terhadap ekonomi AS menurut pernyataan IMF.
IMF menyoroti "empat kekuatan" yang menjadi tantangan terhadap pertumbuhan ekonomi AS mendatang yakni penurunan partisipasi angkatan kerja, pertumbuhan produktivitas yang lemah, peningkatan polarisasi dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, serta peningkatan populasi dalam kemiskinan.
Kekuatan-kekuatan ini tidak hanya akan menimbulkan dampak ekonomi tetapi juga dampak politik pada Amerika Serikat, kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dalam konferensi pers Rabu.
Ketika ditanya komentarnya tentang sentimen anti-perdagangan di AS saat ini, Lagarde mengatakan bahwa ada peningkatan proteksionisme perdagangan, yang tidak akan kondusif untuk pertumbuhan produktivitas.
IMF meminta Washington menolak segala bentuk proteksionisme, meningkatkan investasi infrastruktur, mereformasi pajak penghasilan korporat dan memperkuat kebijakan untuk membantu rumah tangga berpenghasilan rendah guna mengamankan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Sehubungan dengan kemungkinan dampak dari Inggris keluar dari Uni Eropa, Lagarde mengatakan bahwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan berdampak pada ekonomi AS melalui perdagangan dan saluran keuangan, tapi itu tidak mungkin membawa resesi di Amerika Serikat, demikian seperti diwartakan kantor berita Xinhua. (Uu.A026)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016
Tags: