Indonesia optimistis bisa masuk anggota Dewan ICAO
Pertemuan Menteri Perhubungan Negara-negara Berkembang. Suasana sidang Pertemuan Menteri Perhubungan Negara Berkembang, di Bali, Senin (30/5/2016). Sidang pertemuan yang dihadiri 31 negara ini ini dipimpin oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan didampingi Utusan Khusus Menteri Perhubungan RI untuk International Civil Aviation Organitation (ICAO) I Indroyono Susilo dan Staf Khusus Menhub Bidang Internasional Dewa Made J Sastrawan dan negara Indonesia tengah mengupayakan dukungan dari negera perserta pertemuan ini untuk menjadi anggota dewan (ICAO) periode 2016-2019. (ANTARA FOTO/Hermanus Prihatna)
"Kita punya sign (sinyal) positif, terlebih setelah semakin banyak maskapai kita yang dicabut dari daftar keselamatan Uni Eropa," kata Agoes di Jakarta, Rabu.
Menurut Agoes, Indonesia punya peluang yang lebih besar untuk diterima sebagai angota dewan ICAO karena sertifikasi Uni Eropa (UE) sejalan dengan penilaian ICAO, yakni keselamatan dan isu-isu lingkungan di bidang penerbangan.
Pada 17 Juni lalu, Komisi Transportasi Uni Eropa telah mencabut larangan terhadap tiga maskapai Indonesia, yakni Citylink, Batik Air dan Lion Air dari Daftar Keselamatan Penerbangan UE.
"Semakin bagus respon dari negara-negara dan wilayah-wilayah regional kepada Indonesia, semakin membawa dampak positif terhadap pencalonan kita," kata dia.
Dengan diangkatnya larangan dari Daftar Keselamatan Penerbangan UE, ketiga maskapai tersebut kini dapat melintasi zona penerbangan sipil dan mengembangkan bisnis mereka di wilayah UE.
Citylink, Batik Air dan Lion Air, menyusul empat maskapai Indonesia lainnya yang telah lulus standar keselamatan UE, yakni Garuda Indonesia, Indonesia AirAsia, Mandala Airlines, dan Premier Airlines.
Berdasarkan data Delegasi UE di Indonesia, sebagian besar maskapai Indonesia masuk Daftar Keselamatan Penerbangan UE pada 2007 dan larangannya mulai dicabut pada 2009.
Meskipun demikian, masih ada 52 maskapai di Indonesia yang masuk dalam Daftar Keselamatan Penerbangan UE.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016