Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik menyatakan warga di Inggris menjaga toleransi antarumat beragama termasuk saat menjalankan ibadah puasa di negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim.

"Suasana Ramadan di London sangat bagus juga. Di masa sekarang mungkin lima persen jumlah penduduk Inggris beragama Islam, di London mungkin 10 persen lebih, jadi kalau tinggal di kota London ibu kota Inggris atau kota-kota besar di mana-mana di Inggris ada banyak orang muslim, ada banyak masjid, jadi bisa menikmati suasana bulan puasa secara suci," katanya, usai buka puasa bersama dengan wartawan di Kedutaan Besar Inggris, di Jakarta, Senin malam.

Dia juga menyatakan khususnya di kota-kota besar di Inggris, semua perusahaan tahu tentang bulan puasa dan siap untuk menyesuaikan keperluan kerja dan agama.

"Toleransi agama, toleransi kebudayaan, toleransi ras, juga sangat baik di Inggris," ujarnya lagi.

Dia menegaskan bahwa toleransi menjadi salah satu tantangan besar bagi setiap negara di seluruh dunia dalam menjaga perdamaian.

"Masa sekarang di Inggris, semua bisa menjalankan gaya hidupnya tanpa hambatan karena ada suasana toleransi, sama dengan seluruh dunia berusaha untuk menjaga toleransi terus menerus," katanya lagi.

Ia memberikan contoh, jika ada karyawan beragama Islam ingin mengambil cuti untuk berlibur pada Idulfitri, dia dapat mengatur dengan tempat kerjanya.

"Pejabat senior yang mencapai posisi tinggi tanpa hambatan, walaupun seorang keturunan kelompok minoritas ataupun beragama Islam," kata dia, memberikan contoh bentuk toleransi di Inggris.

Dia mengatakan semua pihak seperti politisi dan pemuka agama bersatu untuk menjaga toleransi, keanekaragaman ras dan agama dan kebudayaan terbuka di Inggris.

Menurutnya, salah satu perbedaan puasa di Inggris dan Indonesia terletak pada lama berpuasa yakni 19 jam untuk Inggris dan 13 jam untuk Indonesia.

"Perbedaan besar adalah waktu puasa karena Inggris jam puasa sangat panjang dibandingkan di Indonesia," katanya lagi.

Selain itu, karena mayoritas warga Indonesia beragama Islam, maka suasana mayoritas sudah disesuaikan dengan gaya hidup berpuasa, berbeda dengan di Inggris yang memiliki sedikit warga muslim dibandingkan dengan Indonesia.

Perbedaan lainnya adalah warga Inggris berasal dari beragam wilayah seperti Asia Selatan, Bangladesh, dan Timur Tengah, sehingga orang-orang yang berkumpul untuk beribadah di masjid sangat beragam dan bisa mendengar ceramah dalam bahasa Inggris, Arab atau bahasa lainnya.