Bojonegoro (ANTARA News) - Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, Suyoto menolak pemerintah pusat yang mematok harga daging sapi sekitar Rp80.000 per kilogram karena bisa merugikan peternak dan penjual daging sapi.

"Mematok harga daging sapi sekitar Rp80.000 per kilogram sama dengan mengambil keuntungan peternak dan penjual daging sapi lokal," kata Bupati Suyoto ketika menerima Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Mulatno, di Bojonegoro, Senin.

Lebih lanjut, ia menjelaskan harga daging sapi hidup sekarang ini Rp45.000 per kilogram, sedangkan harga daging sapi murni normalnya sekitar Rp90.000 per kilogram.

"Kalau harga daging sapi menjadi Rp80.000 per kilogram jelas peternak dan penjual daging sapi akan merugi," ujarnya.

Ia meminta pemerintah pusat memperhitungkan dampak adanya impor daging sapi yang bisa mempengaruhi turunnya harga daging sapi lokal.

"Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pengembangan sapi di peternak," tegasnya.

Menanggapi hal itu Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Mulatno mengibaratkan daging sapi impor sama dengan sapi potong, sedangkan sapi lokal sama dengan ayam kampung.

"Ya harga daging sapi lokal harus lebih tinggi dibandingkan daging sapi impor," ucapnya.

Pada kesempatan itu, Mulatno menyatakan pengembangan sapi di Indonesia dilakukan dengan mendirikan sentra peternakan rakyat (SPR).

"Saat ini sudah ada 50 SPR di seluruh Indonesia, salah satunya di Bojonegoro," jelas dia.

Di Bojonegoro, lanjut dia, pengembangan sapi dilakukan di SPR Desa Sekaran, Kecamatan Kasiman, bekerja sama dengan PT Santori Probolinggo, yang akan mendatangkan 100 ekor sapi induk asal Australia.

"Dalam pengelolaan sapi itu akan memanfaatkan lahan kawasan hutan Perhutani untuk mengembalakan sapi. Kandangnya memanfaatkan tanah warga yang tergabung dalam SPR," urainya.