BMKG: waspada gelombang tinggi hingga Agustus
18 Juni 2016 18:42 WIB
Dampak Gelombang Tinggi Laut Selatan. Warga memperbaiki gazebo akibat terjangan gelombang tinggi di pantai Drini, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (24/5/2016). Akibat gelombang tinggi yang melanda kawasan pesisir Gunungkidul menyebabkan puluhan kapal nelayan dan warung milik pedagang mengalami kerusakan. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Sleman (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengimbau masyarakat di pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta agar tetap waspada terjadinya gelombang tinggi pada tiga bulan ke depan.
"Meskipun gelombang tinggi yang terjadi beberapa waktu lalu saat ini sudah mereka, namun masih berpotensi terjadi hingga Agustus," kata Koordinator Pos Klimatologi BMKG Yogyakarta Joko Budiono, Sabtu.
Menurut dia, gelombang di pantai selatan mulai mengalami penurunan karena beberapa faktor, seperti kecepatan angin yang sudah tidak terlalu tinggi.
"Tekanan tinggi di sebelah barat daya Australia yang merupakan sumber pemicu meningkatnya kecepatan angin, sudah punah," katanya.
Ia mengatakan, saat ini kecepatan angin di perairan selatan Cilacap, antara 8 hingga 10 knots dengan tinggi gelombang 1,5 hingga 2,5 meter.
"Sedangkan di Samudera Hindia selatan Jawa Tengah kecepatan anginnya antara 10 hingga 18 knots. Dengan ketinggian ombak 2,5 hingga 3,5 meter," katanya.
Joko mengatakan, kondisi seperti ini diharapkan tidak membuat lengah warga pesisir maupun wisatawan. Karena mengingat dinamika atmosfer dan laut itu selalu bergerak dinamis dan berubah-ubah kondisinya.
"Dari data klimatologis tentang tinggi gelombang maksimum selama sepuluh tahun terakhir, menunjukkan untuk wilayah pesisir selatan Jawa terjadi di bulan Juni, Juli, Agustus (JJA). Sehingga sampai dengan Agustus, tinggi gelombang maksimum masih berpotensi terjadi," katanya.
Ia mengatakan, penyebab utamanya karena pada bulan Juni hingga Agustus kecepatan angin timuran (angin yang bergerak dari Australia) mempunyai fase tertinggi.
"Akibat kecepata angin timuran yang kuat berdampak pada kenaikan tinggi gelombang. Nelayan ataupun warga pesisir agar tetap menjaga kewaspadaannya. Serta kepada para wisatawan. Apalagi pada Juli nanti merupakan saat suasana liburan panjang," katanya.
"Meskipun gelombang tinggi yang terjadi beberapa waktu lalu saat ini sudah mereka, namun masih berpotensi terjadi hingga Agustus," kata Koordinator Pos Klimatologi BMKG Yogyakarta Joko Budiono, Sabtu.
Menurut dia, gelombang di pantai selatan mulai mengalami penurunan karena beberapa faktor, seperti kecepatan angin yang sudah tidak terlalu tinggi.
"Tekanan tinggi di sebelah barat daya Australia yang merupakan sumber pemicu meningkatnya kecepatan angin, sudah punah," katanya.
Ia mengatakan, saat ini kecepatan angin di perairan selatan Cilacap, antara 8 hingga 10 knots dengan tinggi gelombang 1,5 hingga 2,5 meter.
"Sedangkan di Samudera Hindia selatan Jawa Tengah kecepatan anginnya antara 10 hingga 18 knots. Dengan ketinggian ombak 2,5 hingga 3,5 meter," katanya.
Joko mengatakan, kondisi seperti ini diharapkan tidak membuat lengah warga pesisir maupun wisatawan. Karena mengingat dinamika atmosfer dan laut itu selalu bergerak dinamis dan berubah-ubah kondisinya.
"Dari data klimatologis tentang tinggi gelombang maksimum selama sepuluh tahun terakhir, menunjukkan untuk wilayah pesisir selatan Jawa terjadi di bulan Juni, Juli, Agustus (JJA). Sehingga sampai dengan Agustus, tinggi gelombang maksimum masih berpotensi terjadi," katanya.
Ia mengatakan, penyebab utamanya karena pada bulan Juni hingga Agustus kecepatan angin timuran (angin yang bergerak dari Australia) mempunyai fase tertinggi.
"Akibat kecepata angin timuran yang kuat berdampak pada kenaikan tinggi gelombang. Nelayan ataupun warga pesisir agar tetap menjaga kewaspadaannya. Serta kepada para wisatawan. Apalagi pada Juli nanti merupakan saat suasana liburan panjang," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: