Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat sebesar 38 poin menjadi Rp13.317 dibandingkan posisi sebelumnya pada posisi Rp13.355 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa mata uang rupiah kembali bergerak menguat menyusul pernyataan rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai suku bunga AS yang dovish tadi malam.

"Faktor eksternal itu mendorong pelaku pasar uang untuk melakukan kembali akumulasi terhadap sejumlah aset mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen dari dalam negeri juga cukup mendukung apresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS menyusul neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatatkan surplus.

Bank Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2016 tercatat sebesar 0,38 miliar dolar AS, lebih rendah daripada surplus pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,66 miliar dolar AS.

Namun, menurut Rully Nova, isu Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) menahan apresiasi rupiah lebih tinggi, sebagian pelaku pasar uang masih menahan untuk masuk ke aset negara berkembang.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa sentimen ketidakpastian akan masa depan keanggotaaan Inggris akan membuat pelaku pasar kembali masuk ke dalam aset safe haven, salah satunya dolar AS.

"Potensi dolar AS kembali menguat masih cukup terbuka," katanya.

Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.327 dibandingkan hari sebelumnya Rabu (15/6) Rp13.398.