Pontianak (ANTARA News) - Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti-nanti umat Muslim di dunia, karena bulan ini diyakini sebagai bulan Suci, penuh berkah dan ampunan, sehingga umat Muslim pun berlomba-lomba meningkatkan amalannya sejak terbit fajar 1 Ramadhan.
Karena itu pula, umat Muslim memerlukan media yang bisa memberikan pemahaman dan edukasi meningkatkan amalan pada bulan Ramadhan. Media massa seperti televisi dan radio, dapat mengambil peran sebagai penyampai ajaran atau berdakwah, mengisi ruang rohani umat Muslim saat bulan Ramadhan.
Namun, apakah media-media tersebut sudah melaksanakan fungsi dan perannya dengan bijak, saat bulan Ramadhan?
Pimpinan PonTV, Mursalin saat dihubungi di Pontianak, menyatakan sepakat dengan pentingnya bersikap bijak terhadap tayangan tersebut. Untuk itu pihaknya telah mencoba memperbanyak konten acara Islami selama Ramadhan.
"Ada beberapa tayangan Islami yang sengaja kami sajikan untuk masyarakat Kota Pontianak sebagai pemirsa setia PonTV. Salah satunya Sahur bersama Hasan dan Husein yang ditayangkan saat sahur, untuk menemani masyarakat santap sahur," tuturnya.
Selain tayangan tersebut, juga ada acara Gema Ramadhan yang ditayangkan menjelang berbuka puasa yang isinya menyajikan informasi Islami dan tausiyah untuk memperkaya ajaran Islam bagi masyarakat.
Menurut Mursalin, pihaknya mencoba memperkaya tayangan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Misalnya, saat Ramadhan memperbanyak konten Islam, saat menjelang Natal juga menyajikan informasi keagamaan dan aktivitas masyarakat Kristiani.
"Ini dilakukan juga untuk menarik minat masyarakat Pontianak," imbuhnya.
Mursalin menambahkan, PonTV juga memasukkan unsur Islami selama Ramadhan pada beberapa acara yang sudah ada seperti "Merawak", "Karaoke Kampong" dan sebagainya.
"Untuk Lebaran, kami juga sudah menyiapkan beberapa acara khusus untuk menyemarakkan suasana Lebaran. Yang jelas kita akan menyajikan tayangan yang tidak hanya menghibur, namun juga menyajikan kekhasan budaya dan mendidik masyarakat," ucapnya, menjelaskan.
Tidak hanya PonTV yang menyajikan konten Islami selama Ramadhan, stasiun TV lokal lainnya seperti Ruai TV juga tidak ingin ketinggalan.
"Kami juga memiliki beberapa acara rohani yang ditayangkan selama Ramadhan seperti Irama Qolbu setiap sore dan malam hari, dimana pada konten acara ini kita memutarkan lagu-lagu Islami," kata Pemimpin Redaksi Ruai TV, Ivie.
Selain itu, Ruai TV juga menyajikan acara Penyejuk Iman yang ditayangkan sebelum berbuka puasa. Acara ini menayangkan ceramah dari beberapa penceramah lokal untuk menambah khasanah keimanan masyarakat.
"Selain itu, juga ada konten Safari Ramadhan yang menayangkan liputan khusus kegiatan Safari Ramadhan instansi pemerintahan atau tokoh masyarakat. Selama Ramadhan kita juga mengutamakan liputan bertema puasa, untuk bahan pemberitaan," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalimantan Barat, Muhammad Syarifuddin Budi mengatakan menjelang bulan Ramadhan pihaknya telah mengeluarkan edaran yang meminta lembaga penyiaran baik televisi, radio maupun lembaga penyiaran berlangganan (LPB) menyesuaikan tayangan siaran dengan suasana bulan Ramadhan.
"Kami sudah mengimbau agar ada program Ramadhan selain program inti," kata dia.
Meski belum menyaksikan secara langsung tayangan televisi lokal selama sepekan Ramadhan, namun Budi menyatakan mengetahui beberapa stasiun televisi sudah ada tayangan ucapan selamat Ramadhan.
"Saya belum mengecek program lebih spesifik, seperti ada ceramah atau tidak," tukasnya.
Menurut dia, dalam konteks KPID, program disusun oleh lembaga penyiaran dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat. "Yakni ada program spesifik yang mereka jalankan untuk umat," kata Budi, mengingatkan.
Sikap kritis
Ketua KPID Kalbar MS Budi menambahkan, masyarakat hendaknya lebih kritis dalam menyikapi setiap tayangan yang disajikan lembaga penyiaran publik. Jika menemukan tayangan yang tidak baik, tidak mendidik atau pun tidak mencerminkan kehidupan sosial dan agamis, hendaknya melaporkan ke KPID.
"Sejauh ini kami belum menerima laporan mengenai adanya tayangan yang tidak baik selama Ramadhan 1437 Hijriah," tegas mantan anggota KPU Kalbar itu.
Ia mengatakan, daya kritis masyarakat Kalbar terhadap konten tayangan lembaga penyiaran dewasa ini masih rendah. Suatu penelitian yang diadakan anggota KPID Kalbar pada periode sebelum dirinya, persentase daya kritis masyarakat Kalbar tidak lebih dari 10 persen.
"Seingat saya hanya 5 persen saja," cetusnya.
Karena itu pula, KPI Pusat mengeluarkan ketentuan agar setiap KPI di daerah melakukan pemantauan internal menggunakan alat rekam. Siaran dari stasiun televisi lokal direkam selama 24 jam.
Jika ada laporan masyarakat terkait tayangan stasiun televisi, maka KPID akan memutar ulang siaran tersebut untuk mengecek. Jika tidak ada laporan masyarakat, anggota KPID dari Divisi program isi siaran selalu melakukan pengecekan hasil rekaman tersebut.
Sementara Kepala Stasiun RRI Pontianak, Retno Dese Swastri menegaskan, berbagai program bernuansa Islami mengisi siaran RRI sepanjang Ramadhan, dimulai dini hari hingga menjelang berbuka puasa.
"Mulai pukul 02.00 WIB kami sudah memutar program seputar Ramadhan yang digelar selama 1,5 jam, yakni program menyapa pendengar RRI lewat salam sahur, dilanjutkan dengan nuansa Ramadhan 20 menit," paparnya.
Selain itu, juga ada renungan Ramadhan, yakni tausiah dari ustad, serta siaran langsung kuliah subuh dari masjid-masjid yang ada di Kota Pontianak. Pada sore harinya pukul 17.00 WIB ada program "Korma" atau komunikasi Ramadhan, yakni acara tanya jawab dengan pendengar RRI seputar Ramadhan hingga menjelang berbuka puasa.
Serta program pengajian atau tadarus Alquran, yakni satu malam sebanyak satu juz, katanya.
Pembawa acara Radio Volare FM Pontianak, Wati Susilawati mengatakan, pada stasiun radio tempatnya bekerja sepanjang Ramadhan telah menambah program yang bernuansa Islami bila dibandingkan pada hari-hari biasa.
"Kalau hari biasa kami ada acara Dialog Islami selama 1,5 jam yang diselenggarakan setiap Jumat yang dipandu oleh saya sendiri," ungkapnya.
Sementara saat bulan Ramadhan, ada program tambahan, Dialog Ramadhan selama dua jam dimulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, tambahnya.
"Program tersebut memang spesial untuk umat Muslim yang melaksanakan ibadah puasa, sehingga para pendengar setia bisa berdialog langsung dengan ustad yang didatangkan khusus membahas seputar Ramadhan," jelas perempuan berjilbab itu.
Menurut dia sambutan dari masyarakat Pontianak terhadap acara itu, terutama umat Muslim sangat bagus. Itu dibuktikan dengan tingginya animo masyarakat yang menelepon stasiun radio itu saat program tersebut berlangsung.
Sementara itu, Ketua Divisi Kelembagaan KPID Kalbar, Widodo Prihadi menyatakan surat edaran yang dikeluarkan KPID Kalbar terkait bulan Ramadhan, intinya meminta semua siaran televisi dan radio menyesuaikan even Ramadhan dengan sajian acara yang pantas.
Jika mereka (pengelola lembaga penyiaran) ada acara unggulan yang tidak pas saat Ramadhan, dimungkinkan untuk tidak ditayangkan atau dipindahkan jam tayangnya.
"Misalnya, tayangan masak memasak, yang semula siang hari dipindahkan menjadi menjelang berbuka puasa. Jadi semua menyesuaikan dengan Ramadhan," kata mantan penyiar radio tersebut.
KPID Kalbar memantau empat stasiun televisi lokal dan 10 stasiun radio yang masih beroperasi serta beberapa lembaga penyiaran berlangganan di wilayah Kalbar. Surat edaran terkait Ramadhan disebar ke setiap media tersebut untuk ditindaklanjuti.
Setelah surat edaran disampaikan, pengelola lembaga penyiaran menyerahkan rencana siaran kepada KPID, tegasnya.
Di samping memantau, KPID Kalbar juga melayani delik aduan (pengaduan masyarakat), jika ada laporan mengenai tayangan yang tidak sesuai di masyarakat.
Namun, sejak pergantian komisioner pada Maret 2016, KPID Kalbar belum menerima pengaduan dan menjatuhkan sanksi kepada lembaga penyiaran terkait isi siaran.
Selama ini, menurut dia, jalinan komunikasi KPID Kalbar dengan lembaga penyiaran cukup intens. Karena diadakan "coffee morning" pada minggu ketiga setiap bulan. Saat itulah KPID dan lembaga penyiaran saling berkomunikasi membahas tayangan siaran yang baik ataupun tidak baik. Kegiatan tersebut sudah berlangsung selama dua tahun belakangan.
Jika pun ada kasus yang ditangani, masih berupa kasus kecil. Seperti tayangan yang menggunakan istilah yang terdengar kasar oleh para orang tua.
"Seperti ada kutipan busuk hati kau dalam tayangan di salah satu stasiun televisi beberapa waktu lalu. Ada keberatan dari orang tua. Sehingga KPID memberikan teguran," ucap mantan pemilik stasiun Radio Kita tersebut.
Terkait isi tayangan media penyiaran, Ketua KPID Kalbar MS Budi mengimbau masyarakat setempat untuk tetap memantau media yang ada. Menyampaikan laporan kepada KPID jika menemukan tayangan yang tidak baik. Kemudian dari masukan yang ada, KPID memberikan teguran kepada pengelola media yang bersangkutan.
"Bagaimana mereka menjalankan program siaran, orientasinya membangun keberdayaan, budaya, perekonomian Kalbar, tetap sejalan dengan visi dan misi media itu, tentunya dengan siaran yang mendidik," pungkasnya.
Karena tanpa memandang apapun atau dalam suasana apapun, pemantauan KPID tetap berjalan.
Ramadhan dan syiar yang mencerahkan
12 Juni 2016 23:58 WIB
Umat muslim mengikuti salat tarawih pertama bulan Ramadan 1437 H di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (5/6/2016). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Pewarta: Nurul Hayat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: