Dijelaskan Abeng, tiga syarat utama yang harus dimiliki seorang pemimpin hebat adalah memiliki visi, integritas dan keberanian.
"Menariknya, semua syarat tersebut ada dalam diri seorang Soeharto. Sehingga mampu mengembalikan Indonesia yang terpuruk pada 1967 dalam waktu singkat melonjak dengan pembangunannya," kata dia, saat menjadi pembicara di Universitas Mercu Buana, Jakarta, Jumat.
Berkat visi yang detil dan mendalam dari pemikiran Soeharto melihat masa depan Indonesia, maka kondisi buruk ekonomi bisa lolos.
"Soeharto punya visi newly industrialized nation. Hal tersebut diwujudkan melalui pengelolaan teknologi pangan yang sukses, hingga berhasil menjadi swasembada pangan," katanya. Indonesia meraih penghargaan kemandirian pangan dari FAO pada 1988 dan setelah itu tidak pernah lagi.
Lalu untuk integritas, sosok Soeharto merupakan jati diri anak bangsa yang menjunjung integritas. Sepenuh hati dan berbulat tekad mendorong Indonesia menjadi negara yang berkekuatan secara utuh.
Sedangkan syarat ketiga, kata Abeng, bagi seorang pemimpin perlu memiliki keberanian atau keteguhan. Kemampuan mengambil keputusan dalam kondisi sesulit apapun. Sekaligus mendelegasikan kewenangan pada pihak yang diyakini mampu.
"Namun Pak Harto tak pernah menghindar dari tanggung jawab. Delegasi kewenangan yang diberikan tetap dipikul tanggung jawabnya sendiri. Inilah sosok pemimpin bangsa," ujarnya.
Dengan bekal itulah Indonesia yang secara ekonomi, politik dan social mengalami kemunduran diawal era orde baru, dapat perlahan membaik.
Tatanan politik yang stabil berhasil diciptakan, tatanan sosial yang kuat juga tumbuh. Hingga kondisi ekonomi pun melonjak hebat.
"Inflasi 600 persen bukanlah kondisi yang bisa dianggap biasa. Itu sudah kondisi darurat bagi sebuah negara. Namun kerja visi, integritas dan courage yang dimiliki pak Harto berhasil melewati situasi tersebut," pungkasnya.
Rektor Universitas Mercu Buana, Arissetyanto Nugroho, menambahkan sebagai generasi muda perlu memahami pemikiran para pemimpinnya.
"Karena dari pemikiran pemimpinnya itulah dapat melihat arah dan tujuan serta tindakan yang dilakukan selama menjalankan tugasnya sebagai pemimpin," katanya.
Kuliah Tamu Manajemen Strategiks dengan pembicara kunci mantan Kepala BKKBN, Haryono Suyono, diikuti 300 mahasiswa pascasarjana dari berbagai perguruan tinggi.