"Sisanya untuk rumah makan sekitar 20 persen, hotel dan restoran 25 persen serta rumah tangga hanya tiga hingga lima persen," kata Ketua Persatuan Pedagang Daging Sapi Kota Bandarlampung, Tampan Sujawarji, di Bandarlampung, Jumat.
Ia menyebutkan konsumsi daging sapi untuk rumah tangga di Kota Bandarlampung kecil hanya lima persen.
Namun demikian, menurut dia, menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri permintaan masyarakat terutama untuk rumah tangga cukup tinggi, bisa mencapai di atas lima persen.
Ia mengatakan harga sapi hidup saat ini mencapai di atas 40.000/kg. Dengan rantai tata niaga (termasuk calo dan perantara) maka harga daging sapi di tangan pembeli akhir bisa melejit tinggi dan pedagang pihak yang paling banyak mendapat keuntungan.
"Jika harga sapi sebesar itu hitungannya harga daging sapi pada kisaran Rp108.000 hingga 115.000 per kilogram. Namun harga bisa pula lebih tinggi tergantung kualitasnya," kata dia.
Menurut dia, harga daging sapi saat ini tak jauh berbeda dibandingkan tahun lalu yang masih pada kisaran Rp100.000 hingga Rp120.000/kg.
Pada sisi lain, Presiden Jokowi telah menginstruksikan agar harga daging sapi Rp80.000/kg di tangan konsumen.
Berdasarkan data dari Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), stok sapi di Provinsi Lampung pada 2016 mencapai 100.000 sapi atau setara daging segar sebanyak 18.000 ton.
Sedangkan kebutuhannya mencapai 24.000 ton alias masih kurang 6.000 ton (setara 35.000 sapi)
Persediaan sapi di Provinsi Lampung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah ini selama bulan Ramadhan tahun ini mencukupi.
Pada Juni 2016, stok sapi di Lampung mencapai 28.321 sapi, sedangkan kebutuhan mencapai 4.890 sapi. Menjelang Lebaran stoknya mencapai 29.431 sapi, dan kebutuhannya 17.841 sapi.