Mogadishu (ANTARA News)- Pertempuran sengit di antara tentara pemerintah melawan milisi Islam terjadi di ibukota Somalia, Mogadishu, Rabu, dan dilaporkan menewaskan paling tidak delapan orang, demikian keterangan saksi mata. Baku tembak tersebut terjadi sehari setelah pasukan perdamaian Uni Afrika (UA) memperkuat keamanan di Mogadishu yang terletak di tepi pantai. Penduduk mengatakan, baku tembak senjata berat itu menewaskan paling tidak delapan orang dan mencederai beberapa orang lainnya mulai terjadi ketika milisi Islam melepaskan tembakan ke bekas markasbesar kementerian pertahanan di Mogadishu selatan, di mana pasukan pemerintah Ethiopia berpangkalan. "Sejauh ini, saya melihat empat mayat dan beberapa orang lainnya cedera. Pertempuran itu meningkat dan peluru-peluru berterbangan di seluruh daerah itu," kata Abdullah Ahmed Sheikh, seorang penduduk di daerah Shukri. Seorang penduduk lainnya, Mohamed Ali Shake, mengatakan: "Saya melihat tiga tentara pemerintah tewas di kamp militer Hilweyne. Mayat mereka masih tergeletak di lokasi itu." "Satu peluru menewaskan tetangga saya dan mencederai lima orang lainnya, salah seorang dari mereka adalah seorang anak-anak," tambah Muhudo Moalim Dahir, seorang penduduk daerah Al Baraka. Pasukan Somalia membalas serangan itu dengan tembakan artileri berat dalam usaha untuk mengambil alih daerah-daerah sekitar pangkalan di mana mereka melakukan serangan dan diperkirakan tempat persembunyian milisi, kata penduduk. "Tentara Ethiopia membalas serangan itu dengan tembakan gencar," kata Mohamed Ali Nur, seorang penduduk. "Mereka... ingin mengambil alih Odweyne dari pria-pria bersenjata itu," tambah Abdi Elmi Hassan, yang juga penduduk daerah itu. Lusinan orang tewas sejak Januari ketika pasukan gabungan Somalia-Ethiopis mengusir gerakan Islam dari Somalia selatan dan tengah, termasuk Mogadishu, tapi gerlyawan dan faksi-faksi sekutunya menanggapi dengan perang gerilya yang mematikan. Sekarang, paling tidak 1.500 tentara prrdamaian Uni Afrika dari Uganda berada di Mogadishu, satu penggelaran pendahuluan dari 8.000 tentara yang negara-negara Afrika rencanakan untuk dikirim ke negara yang porak poranda akibat perang itu. Pertumpahan darah antar faksi melanda Somalia sejak digulingkannya diktator Mohamed Siad Barre tahun 1991, yang mewujudkan satu program perang saudara yang menggagalkan lebih dari 14 usaha perdamaian, demikian laporan AFP. (*)