Jambi (ANTARA News) - Badan Penanggulang Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi menyatakan bahwa Gunung Kerinci di provinsi itu tidak erupsi dan hanya mengeluarkan asap biasa.
"Gunung Kerinci itu belum erupsi, kalau erupsi itu sudah keluar lahar dan material dari dalam gunung," kata Kasi Kesiapsiagaan BPBD provinsi setempat, Dalmanto di Jambi, Selasa.
Dalmanto mengatakan gunung tertinggi di Sumatera itu juga belum mengeluarkan abu vulkanik seperti banyak dibicarakan di tengah-tengah masyarakat.
"Masyarakat jangan terpengaruh isu-isu yang kurang jelas. Kalau sudah berbahaya tentu ada peringatan dari pemerintah. Itu yang dikeluarkan hanya asap biasa saja, hanya abu-abu halus dari asap berwarna kelabu itu," kata Dalmanto menjelaskan.
Dalmanto mengatakan aktivitas warga di sekitar kaki gunung juga masih berjalan seperti biasa, namun masyarakat memang sudah dilarang mendekati gunung dalam radius tiga kilometer dari bibir kawah.
Dalmanto juga mengatakan ada dua desa yang warganya sudah dilatih dalam menghadapi bencana letusan gunung tertinggi di Sumatera itu. Yakni Desa Gunung Labu dan Sungai Kering.
"Satu desa sebanyak 30 orang yang sudah kita latih tanggap bencana. Itu sudah berjalan sejak tahun 2012 lalu, dan pelatihan selalu diulang-ulang," kata Dalmanto.
Kelompok-kelompok tanggap bencana itu kata Dalmanto aktif memantau dan tetap siaga jika sewaktu-waktu terjadi letusan gunung api tertinggi di Indonesia itu. Dua desa itu katanya berada 10 kilometer dari kaki gunung.
Sementara itu, Ketua Pos pengamatan Gunung Kerinci, Indra Saputra, sebelumnya menegaskan bahwa gunung itu masih berstatus waspada level II dan tidak erupsi sebelum dan pascagempa bumi berkekuatan 6,5 Skala Richter di barat daya Pesisir Selatan pada Kamis (2/6) lalu.
"Tidak ada peningkatan aktivitas pascagempa bumi yang mengguncang Pesisir Selatan Kamis (2/6) kemarin. Statusnya saat ini masih waspada level II," kata Indra.
BPBD: Gunung Kerinci tidak erupsi
7 Juni 2016 16:55 WIB
Gunung Kerinci. (ANTARA/Awi)
Pewarta: Dodi Saputra
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: