Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR, Hidayat Nurwahid, Kabinet Indonesia Bersatu membutuhkan kepastian mengenai perombakan (reshuffle) kabinet yang diwacanakan akan berlangsung pada Maret 2007, agar kinerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) tidak terganggu. "Diperlukan ketegasan Presiden ada 'reshuffle' atau tidak. Ada atau tidak 'reshuffle' itu pada ujungnya adalah kinerja presiden," katanya saat ditemui di Wisma Nusantara, Jakarta, Selasa. Hidayat mengatakan, ketegasan itu diperlukan, agar menteri dapat konsentrasi bekerja dan dapat meningkatkan kinerja tanpa dihantui "reshuffle". Eselon yang ada di bawah pun, jika mengetahui tidak ada reshuffle, maka akan dapat bekerja efektif. "Tapi, kalau digantung seperti ini, eselon-eselon di bawah sulit mendengar dan melaksanakan program menteri, karena mereka berpikir jangan-jangan menterinya diganti," katanya. Kalau kinerja menteri buruk, lanjut Hidayat, maka akan berdampak pada kinerja presiden buruk juga. Oleh karena itu, harus ada kejelasan "reshuffle", karena masa pemerintahan waktunya semakin pendek. "Jadi, kalau memang 'reshuffle', maka paling akhir sekali ditolerir bulan April," ujarnya menegaskan. Hidayat mengingatkan, jika terjadi perombakan kabinet, maka menteri yang baru harus lebih berkualitas dari menteri yang lama. Jangan sampai menteri yang mengantikan memiliki jejak rekam (track record)-nya tidak dikenal, profesional buruk, karena itu justru akan semakin menyusahkan kinerja Presiden. "'Reshuffle' kalau betul-betul dilakukan untuk menjawab tuntutan rakyat dan meningkatkan presiden, tidak karena `pressure` dari partai politik," katanya. Namun, jika Presiden tidak jadi akan melakukan "reshuffle", maka Presiden harus segera menyatakannya, agar para menteri bisa dituntut untuk meningkatkan kinerja dan melaksanakan program yang ada. "Eselon-eselon yang ada di bawah pun, tidak ada peluang untuk spekulatif, karena menterinya tidak diganti, kerja konsentrasi, yang diuntungkan kinerja Presiden," katanya. Soal perlu tidaknya "reshuffle", keputusan itu adalah hak prerogatif Presiden, demikian Hidayat Nurwahid. (*)