Jakarta (ANTARA News) - Media sosial dapat digunakan untuk mengampanyekan kepedulian terhadap perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat luas di Indonesia.

"Kita bisa gunakan social media (media sosial) kita untuk online campaign (kampanye dalam jaringan), meskipun itu kelihatannya sepele tapi dari kampanye-kampanye kecil di media sosial itu bisa raising awareness (meningkatkan kesadaran) setiap orang," kata salah satu peserta Forum Pemuda Internasional Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan Tisha Wildayanti R, Jakarta,Minggu.

Kegiatan yang diselenggarakan pada 3-5 Juni 2016 itu berbentuk lokakarya dengan memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai isu perubahan iklim kepada para peserta.

Forum Pemuda Internasional Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan itu diikuti oleh 100 peserta lintas mancanegara, yakni 11 peserta luar negeri antara lain dari Filipina, Singapura, Vietnam dan Kamboja, serta 89 peserta Indonesia dari berbagai provinsi

Menurut Tisha yang juga mahasiswi Fakultas Kehutanan di Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan itu melalui media sosial, setiap orang dapat menyebarkan seruan untuk menjaga lingkungan hidup misalnya mengurangi penggunaan plastik dan membuang sampah pada tempatnya.

Dia mengatakan media sosial dapat menjadi sarana perubahan jika digunakan untuk menyampaikan informasi penting bagi kehidupan manusia terutama upaya mengurangi dampak pemanasan global dan kerusakan lingkungan.

Dia mengapresiasi penyelenggaraan Forum Pemuda Internasional Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan yang berfokus pada perubahan iklim dengan mendorong keterlibatan anak muda dalam menuangkan ide-ide inovatif.

"Ilmu dan apa yang kita dapat di sini bisa dibuat proyek lingkungan hidup di daerah kita masing-masing," tuturnya.

Seorang mahasiswa jurusan Akuntansi dari Universitas Katolik Parahyangan di Jawa Barat Carlos Roberto Morgen Wiria mengatakan anak muda memiliki peranan penting dalam menhadapi perubahan iklim saat ini, misalnya bekerja secara kolaboratif menyiapkan ide atau pemikiran untuk mengatasi pemanasan global dan kerusakan lingkungan.

"Kita bisa bekerja sama misalkan saya dari jurusan Hubungan Internasional bertemu anak-anak dari jurusan Hukum kita bisa berkolaborasi dengan undang-undang ataupun hal-hal yang berhubungan dengan hukum karena kita bisa memberikan saran kepada pihak pemerintah karena kita di sini anak muda punya aspirasi yang positif," ujarnya.

Dia mengatakan anak-anak muda peduli perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan menginginkan perubahan positif untuk masa depan bangsa yang lebih baik.

"Kita harus bisa memberanikan diri untuk tampil di hadapan pemerintah dengan memberikan solusi yang aplikatif dan implementasinya bisa dilakukan atau direalisasikan," tuturnya.

Lulusan Sastra Mandarin dari Universitas Sumatra Utara Simon Pangihutan Simorangkir mengatakan anak muda memiliki peran sebagai "pengubah lingkungan".

"Peran anak muda yang kita lakukan sekarang kita sebagai climate changers, sebagai perubah lingkungan yang mana kita melihat sekarang ini banyak sekali pencemaran lingkungan itu. Jadi, kita anak muda itu punya aksi untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan," tuturnya.

Dia mengatakan melalui forum internasional itu, maka para peserta dapat saling bertukar pengetahuan dan memperluas wawasan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

"Kalau bukan pemuda siapa lagi. Kalau bukan kita siapa lagi. Kalau bukan sekarang kapan lagi," ujarnya.

"Saya pikir dengan mengikuti ini dengan networking (jaringan) kita bisa berkolaborasi dengan pemuda-pemudi Indonesia dan sedunia," katanya.