Jayapura (ANTRAA News) - Manajemen PT Garuda Indonesia mengaku kesulitan memperoleh "slot time" atau jadwal waktu kedatangan (arrival) di Bandara Sentani untuk penerbangan perintis dalam wilayah Papua.
"Sebetulnya bukan kita tidak mau masuk, jadi ada kendala sedikit, di sisi slot time jadwal di Bandara Sentani sudah padat, jadi untuk memperoleh slot time tidak gampang, apalagi untuk penerbangan pagi," ujar General Manager PT Garuda Indonesia Cabang Jayapura Wahyudi Kresna, di Jayapura, Minggu.
Ia memandang kondisi penerbangan di Bandara Sentani sudah sangat padat, dan masih banyak maskapai yang tidak memiliki jadwal tetap karena rute yang mereka lalui sangat tergantung pada cuaca.
"Tentu kita paham Bandara Sentani masuk kategori padat, jadi untuk menambah penerbangan tidak gampang, kita harus mendapat slot time dulu," katanya.
"Di sini banyak penerbangan yang tidak terjadwal, tergantung pada cuaca. Ke depan ini harus menjadi konsen kita untuk mengatur penerbangan tidak berjadwal agar kita sama-sama saling mengisi," sambung Wahyudi.
Namun, ia pun mengakui kini sudah ada perbaikan sistem yang dilakukan pihak pengelola bandara sehingga jadwal penerbangan dapat lebih disusun dengan baik.
"Sekarang ini sudah cukup baik, terutama aturan dari perhubungan sudah ketat. Penerbangan yang tidak menerbangkan tujuh kali slot timenya berturut-turut dapat langsung dicabut, itu bagus sekali supaya kita mainnya fair," ujarnya lagi.
Disebutkannya, kini ada tujuh armada Garuda yang melayani penerbangan dari Jayapura, yaitu GA 651 Jakarta-Biak-Makasar, GA 653 Jayapura-Timika-Denpasar-Jakarta.
Kemudian GA 655 Jayapura-Timika-Makassar-Jakarta, GA 699 Jayapura-Manokwari-Sorong-Jakarta, dan GA 470 - 471 Jayapura-Sorong-Manado, GA 656 - 657 Jayapura-Jakarta-Merauke, GA 630 - 631 Jayapura- Makasar-Surabaya.
Garuda kesulitan peroleh "slot time" di Papua
5 Juni 2016 19:44 WIB
Pesawat Garuda Indonesia saat akan mendarat di Bandara Heathrow London, Inggris. (Antara/Zeynita Gibbons)
Pewarta: Dhias Suwandi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: