Hilal tak terlihat di Padang
5 Juni 2016 19:20 WIB
ilustrasi Warga mengamati hilal menggunakan teropong di Bukit Syeh Bela-belu, Bantul, Yogyakarta, Minggu (5/6/2016). Dari hasil pemantauan tersebut hilal belum tampak karena tertutup awan mendung. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc/16.)
Padang (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar), menyatakan hilal tidak terlihat di Kota Padang berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pukul 18.19 WIB hingga 18.38 WIB.
"Ada dua penyebab hilal tidak terlihat pertama karena tingginya masih empat derajat dan kedua karena faktor pertumbuhan awan yang cepat sehingga terhalang, kata Kepala Stasiun Geofisika kelas I BMKG Padang Panjang, Rahmat Triyono di Padang, Minggu.
Ia menyampaikan hal itu usai melakukan prosesi Rukyatul Hilal atau melihat bulan di Bukit Lampu Kecamatan Lubuk Begalung Padang bersama jajaran Kementerian Agama Sumbar.
Ia menjelaskan matahari terbenam pada pukul 18.19 WIB dan pancarannya masih amat kuat sehingga menutup sinar bulan.
Sementara bulan terbenam pada 18.38 WIB dan hanya ada waktu 10 menit untuk menyaksikan hilal, namun tetap tak terlihat, ujarnya.
Ketua Badan Hisab dan Rukyat (BHR), Sumbar Asasriwarni menyebutkan berdasarkan hisab disepakati hilal itu ada ketika ketinggiannya minimal dua derajat.
"Artinya kalau sudah empat derajat dapat dinyatakan Ramadhan telah masuk dan puasa dilaksanakan esok hari," lanjutnya.
Kepala Kementerian Agama Sumbar, Salman K menjelaskan usai melakukan Rukyatul Hilal pihaknya langsung mengirim laporan ke pusat sebagai salah satu pertimbangan dalam sidang isbath yang digelar Kementerian Agama.
Ia menegaskan dalam menetapkan awal Ramadhan pemerintah juga melakukan rukyatul hilal dan kemudian ditetapkan melalui sidang isbath yang digelar Kementerian Agama.
Sidang isbath diikuti pakar dan akademisi yang menguasai metode hisab dan rukyat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas Islam.
Ia mengimbau masyarakat untuk melaksanakan puasa Ramadhan berdasarkan keputusan yang ditetapkan pemerintah pada malam ini.
"Ada dua penyebab hilal tidak terlihat pertama karena tingginya masih empat derajat dan kedua karena faktor pertumbuhan awan yang cepat sehingga terhalang, kata Kepala Stasiun Geofisika kelas I BMKG Padang Panjang, Rahmat Triyono di Padang, Minggu.
Ia menyampaikan hal itu usai melakukan prosesi Rukyatul Hilal atau melihat bulan di Bukit Lampu Kecamatan Lubuk Begalung Padang bersama jajaran Kementerian Agama Sumbar.
Ia menjelaskan matahari terbenam pada pukul 18.19 WIB dan pancarannya masih amat kuat sehingga menutup sinar bulan.
Sementara bulan terbenam pada 18.38 WIB dan hanya ada waktu 10 menit untuk menyaksikan hilal, namun tetap tak terlihat, ujarnya.
Ketua Badan Hisab dan Rukyat (BHR), Sumbar Asasriwarni menyebutkan berdasarkan hisab disepakati hilal itu ada ketika ketinggiannya minimal dua derajat.
"Artinya kalau sudah empat derajat dapat dinyatakan Ramadhan telah masuk dan puasa dilaksanakan esok hari," lanjutnya.
Kepala Kementerian Agama Sumbar, Salman K menjelaskan usai melakukan Rukyatul Hilal pihaknya langsung mengirim laporan ke pusat sebagai salah satu pertimbangan dalam sidang isbath yang digelar Kementerian Agama.
Ia menegaskan dalam menetapkan awal Ramadhan pemerintah juga melakukan rukyatul hilal dan kemudian ditetapkan melalui sidang isbath yang digelar Kementerian Agama.
Sidang isbath diikuti pakar dan akademisi yang menguasai metode hisab dan rukyat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas Islam.
Ia mengimbau masyarakat untuk melaksanakan puasa Ramadhan berdasarkan keputusan yang ditetapkan pemerintah pada malam ini.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: