Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak menguat sebesar 27 poin menjadi Rp13.634 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.661 per dolar AS.

"Faktor teknikal menjadi salah satu sentimen yang menopang mata uang rupiah kembali menguat terhadap dolar AS setelah mengalami depresiasi pada hari sebelumnya (Rabu, 1/6)," kata analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, penguatan mata uang rupiah masih relatif terbatas mengingat masih tingginya ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Ekspektasi itu seiring dengan proyeksi data tenaga kerja dari ADP (Automatic Data Processing) yang diperkirakan menunjukkan hasil optimis di dalam perekonomian Amerika Serikat.

"Sentimen kenaikan suku bunga AS masih membayangi laju mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, lembaga pemeringkat Standard & Poors (S&P) yang mempertahankan peringkat Indonesia pada level BB+ (double B plus) dengan outlook positif pada 1 Juni 2016 juga akan turut mempengaruhi fluktuasi mata uang domestik.

"Pelaku pasar sebelumnya optimistis S&P akan menaikan peringkat Indonesia," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa meski S&P belum menaikan peringkat Indonesia, namun level peringkat Indonesia masih relatif baik di tengah gejolak perekonomian global.

"Indonesia masih stabil dan cukup konsisten melakukan berbagai upaya reformasi struktural untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (2/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.695 dibandingkan hari sebelumnya (1/6) Rp13.671.