116 grup kesenian rakyat kirab Ruwat-Rawat Borobudur
1 Juni 2016 20:11 WIB
Dokumentasi--Beberapa seniman mengusung replika stupa candi Borobudur saat mengikuti pentas seni budaya dalam rangka Borobudur Community Expo 2015 di halaman Tourist Informatiaon Center (TIC) Borobudur, Magelang, Jateng, Rabu (30/9). (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)
Borobudur, Jateng (ANTARA News) - Sebanyak 116 grup kesenian rakyat dari berbagai desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ikut kirab budaya puncak kegiatan Ruwat-Rawat Borobudur sebagai wujud komitmen bersama masyarakat untuk ikut serta melestarikan warisan budaya dunia tersebut, Kamis sore.
Mereka yang mengenakan pakaian berbagai tarian tradisional itu, melakukan kirab dengan berjalan kaki dari areal parkir kendaraan wisata Taman Wisata Candi Borobudur menuju pelataran Zona I Candi Borobudur.
Berbagai tetabuhan tarian mereka bunyikan sepanjang jalur kirab yang masuk melalui Pintu VII TWCB. Sebelumnya, sejumlah grup kesenian melakukan pementasan di areal parkir TWCB dengan disaksikan masyarakat dan para wisatawan candi yang dibangun sekitar abad VIII masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu.
Para pelaku kirab budaya, antara lain rombongan kesenian tarian Soreng, Kuda Lumping, Jatilan, Kubro Siswo, Topeng Ireng, Lengger, dan pemain sendratari Kidung Karmawibangga, serta Pitutur Laras Madya. Mereka juga mengusung gunungan cukup besar berisi aneka hasil pertanian di daerah itu.
Sejumlah orang yang mengenakan pakaian adat Jawa kemudian memimpin berjalan paling depan mengelilingi Candi Borobudur sambil membawa sapu, sebagai lambang menyingkirkan kotoran yang menempel di batuan bangunan tersebut.
Penanggung Jawab Ruwat-Rawat Borobudur 2016 yang juga Ketua Komunitas Warung Info Jagat Cleguk Borobudur Sucoro mengatakan rangkaian kegiatan seni budaya pada tahun ke-13 tersebut berlangsung sejak 18 April hingga 1 Juni 2016.
"Kegiatan ini untuk mendukung pengembangan destinasi wisata Candi Borobudur dengan kawasannya yang berbasis tradisi budaya. Butuh sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pengelola kepariwisataan Candi Borobudur," ujarnya.
Ia menjelaskan tentang makna ruwatan yang sebagai upaya memperkuat kesadaran diri setiap pihak untuk melestarikan Candi Borobudur.
Ia menyebut kegiatan tahunan Ruwat-Rawat Borobudur selalu mendapatkan apresiasi dari masyarakat luas.
Peserta kirab juga datang dari sejumlah grup kesenian dari Kabupaten Temanggung, Boyolali, Wonosobo, dan Yogyakarta.
Bupati Magelang Zaenal Arifin dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Bidang Kesenian dan Nilai-Nilai Tradisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Magelang Achmad Husein menyampaikan apreasi atas kegiatan seni budaya tersebut, terutama karena bermanfaat bagi pelestarian budaya kawasan Candi Borobudur.
"Candi Borobudur warisan budaya adiluhung dengan nuansa budaya yang masih hidup dan terpelihara dengan baik. Kita ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan agar tidak punah oleh modernisasi," katanya.
Mereka yang mengenakan pakaian berbagai tarian tradisional itu, melakukan kirab dengan berjalan kaki dari areal parkir kendaraan wisata Taman Wisata Candi Borobudur menuju pelataran Zona I Candi Borobudur.
Berbagai tetabuhan tarian mereka bunyikan sepanjang jalur kirab yang masuk melalui Pintu VII TWCB. Sebelumnya, sejumlah grup kesenian melakukan pementasan di areal parkir TWCB dengan disaksikan masyarakat dan para wisatawan candi yang dibangun sekitar abad VIII masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu.
Para pelaku kirab budaya, antara lain rombongan kesenian tarian Soreng, Kuda Lumping, Jatilan, Kubro Siswo, Topeng Ireng, Lengger, dan pemain sendratari Kidung Karmawibangga, serta Pitutur Laras Madya. Mereka juga mengusung gunungan cukup besar berisi aneka hasil pertanian di daerah itu.
Sejumlah orang yang mengenakan pakaian adat Jawa kemudian memimpin berjalan paling depan mengelilingi Candi Borobudur sambil membawa sapu, sebagai lambang menyingkirkan kotoran yang menempel di batuan bangunan tersebut.
Penanggung Jawab Ruwat-Rawat Borobudur 2016 yang juga Ketua Komunitas Warung Info Jagat Cleguk Borobudur Sucoro mengatakan rangkaian kegiatan seni budaya pada tahun ke-13 tersebut berlangsung sejak 18 April hingga 1 Juni 2016.
"Kegiatan ini untuk mendukung pengembangan destinasi wisata Candi Borobudur dengan kawasannya yang berbasis tradisi budaya. Butuh sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pengelola kepariwisataan Candi Borobudur," ujarnya.
Ia menjelaskan tentang makna ruwatan yang sebagai upaya memperkuat kesadaran diri setiap pihak untuk melestarikan Candi Borobudur.
Ia menyebut kegiatan tahunan Ruwat-Rawat Borobudur selalu mendapatkan apresiasi dari masyarakat luas.
Peserta kirab juga datang dari sejumlah grup kesenian dari Kabupaten Temanggung, Boyolali, Wonosobo, dan Yogyakarta.
Bupati Magelang Zaenal Arifin dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Bidang Kesenian dan Nilai-Nilai Tradisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Magelang Achmad Husein menyampaikan apreasi atas kegiatan seni budaya tersebut, terutama karena bermanfaat bagi pelestarian budaya kawasan Candi Borobudur.
"Candi Borobudur warisan budaya adiluhung dengan nuansa budaya yang masih hidup dan terpelihara dengan baik. Kita ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan agar tidak punah oleh modernisasi," katanya.
Pewarta: M Hari Atmoko
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: