Inflasi Mei 0,24 persen, makanan penyumbang besar
1 Juni 2016 12:27 WIB
Seorang pedagang menata bahan makanan yang dijual di Pasar Palmerah Jakarta, Senin (4/1/2016). Kelompok makanan jadi penyumbang yang besar inflasi Mei 2016. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc/16)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan kenaikan harga di kelompok makanan jadi menjadi salah satu penyumbang inflasi pada Mei 2016 sebesar 0,24 persen.
"Kelompok makanan jadi menyumbang inflasi, salah satunya dari harga gula pasir," ujar Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Dengan inflasi Mei mencapai 0,24 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-Mei 2016 tercatat 0,4 persen dan laju inflasi secara tahunan (year on year) 3,33 persen.
Sedangkan, inflasi komponen inti pada Mei 2016 tercatat mencapai 0,23 persen, dan inflasi inti secara tahunan (year on year) 3,41 persen.
Menurut Suryamin, inflasi Mei secara tahunan (year on year) sebesar 3,33 persen merupakan yang terendah sejak periode Desember 2009 dan inflasi inti (yoy) 3,41 persen juga merupakan yang terendah sejak tujuh tahun yang lalu.
"Inflasi inti rendah dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum seperti inflasi nasional, nilai tukar dan permintaan serta penawaran secara umum. Biasanya ini pada kisaran lima persen, jadi ini tanda ekonomi tidak mengkhawatirkan," ujarnya.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, komponen yang menyumbang inflasi pada Mei adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,58 persen, diikuti kelompok sandang 0,44 persen dan kelompok bahan makanan 0,3 persen.
"Meskipun kelompok bahan makanan menyumbang inflasi, namun ada komoditas yang mengalami deflasi pada Mei yaitu cabai merah, beras, ikan segar, tomat buah, tomat sayur dan cabai rawit," kata Suryamin.
Selain itu, kelompok kesehatan menyumbang inflasi 0,27 persen diikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,21 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,02 persen.
"Beberapa komponen transpor justru mengalami deflasi pada Mei seperti tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan antar kota dan bensin jenis pertamax," tambah Suryamin.
Secara keseluruhan, komoditas yang menjadi penyumbang inflasi Mei adalah daging ayam ras, tarif angkutan udara, gula pasir, telur ayam ras, minyak goreng, rokok kretek filter, emas perhiasan, kentang, wortel, apel dan jeruk.
Sementara, komoditas yang mengalami deflasi dan menekan inflasi Mei adalah cabai merah, beras, tomat sayur, ikan segar, tomat buah, cabai rawit, semen, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga dan tarif angkutan antar kota.
Dari 82 kota IHK, sebanyak 67 kota menyumbang inflasi dan 15 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pontianak 1,67 persen dan inflasi terendah di Singaraja dan Palangkaraya masing-masing 0,02 persen. Sedangkan, deflasi tertinggi di Sorong 0,92 persen.
"Kelompok makanan jadi menyumbang inflasi, salah satunya dari harga gula pasir," ujar Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Dengan inflasi Mei mencapai 0,24 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-Mei 2016 tercatat 0,4 persen dan laju inflasi secara tahunan (year on year) 3,33 persen.
Sedangkan, inflasi komponen inti pada Mei 2016 tercatat mencapai 0,23 persen, dan inflasi inti secara tahunan (year on year) 3,41 persen.
Menurut Suryamin, inflasi Mei secara tahunan (year on year) sebesar 3,33 persen merupakan yang terendah sejak periode Desember 2009 dan inflasi inti (yoy) 3,41 persen juga merupakan yang terendah sejak tujuh tahun yang lalu.
"Inflasi inti rendah dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum seperti inflasi nasional, nilai tukar dan permintaan serta penawaran secara umum. Biasanya ini pada kisaran lima persen, jadi ini tanda ekonomi tidak mengkhawatirkan," ujarnya.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, komponen yang menyumbang inflasi pada Mei adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,58 persen, diikuti kelompok sandang 0,44 persen dan kelompok bahan makanan 0,3 persen.
"Meskipun kelompok bahan makanan menyumbang inflasi, namun ada komoditas yang mengalami deflasi pada Mei yaitu cabai merah, beras, ikan segar, tomat buah, tomat sayur dan cabai rawit," kata Suryamin.
Selain itu, kelompok kesehatan menyumbang inflasi 0,27 persen diikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,21 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,02 persen.
"Beberapa komponen transpor justru mengalami deflasi pada Mei seperti tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan antar kota dan bensin jenis pertamax," tambah Suryamin.
Secara keseluruhan, komoditas yang menjadi penyumbang inflasi Mei adalah daging ayam ras, tarif angkutan udara, gula pasir, telur ayam ras, minyak goreng, rokok kretek filter, emas perhiasan, kentang, wortel, apel dan jeruk.
Sementara, komoditas yang mengalami deflasi dan menekan inflasi Mei adalah cabai merah, beras, tomat sayur, ikan segar, tomat buah, cabai rawit, semen, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga dan tarif angkutan antar kota.
Dari 82 kota IHK, sebanyak 67 kota menyumbang inflasi dan 15 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pontianak 1,67 persen dan inflasi terendah di Singaraja dan Palangkaraya masing-masing 0,02 persen. Sedangkan, deflasi tertinggi di Sorong 0,92 persen.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: