Rupiah selasa pagi menguat menjadi Rp13.598
31 Mei 2016 10:36 WIB
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar 38 poin menjadi Rp13.598 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.626 per dolar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa mulai adanya tanda-tanda sinyal kepastian dari bank sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunganya memberi harapan bagi pelaku pasar uang di negara berkembang, termasuk Indonesia untuk mengantisipasi dampaknya sehingga laju mata uang rupiah cenderung menguat.
"Diharapkan laju rupiah dapat bertahan di tengah sentimen kenakan suku bunga AS sehingga dapat kembali melanjutkan kenaikan," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, laju penguatan rupiah masih cenderung tertahan, pelaku pasar cukup berhati-hati melakukan transaksi terhadap aset berdenominasi rupiah di tengah kebijakan pemerintah Jepang untuk menunda pajak penjualan hingga beberapa tahun ke depan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya.
"Jepang masih mengalami perlambatan ekonomi, kondisi itu dikhawatirkan berdampak negatif pada negara di kawasan Asia," katanya.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa data inflasi menjadi fokus berita di dalam negeri, sedianya Badan Pusat Statistik akan merilis data itu besok (Rabu, 1/6) yang diperkirakan turun.
"Harapan inflasi yang menurun itu yang menjaga laju mata uang domestik terhadap dolar AS. Di sisi lain, penguatan dolar AS juga sudah mulai jenuh," katanya.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa mulai adanya tanda-tanda sinyal kepastian dari bank sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunganya memberi harapan bagi pelaku pasar uang di negara berkembang, termasuk Indonesia untuk mengantisipasi dampaknya sehingga laju mata uang rupiah cenderung menguat.
"Diharapkan laju rupiah dapat bertahan di tengah sentimen kenakan suku bunga AS sehingga dapat kembali melanjutkan kenaikan," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, laju penguatan rupiah masih cenderung tertahan, pelaku pasar cukup berhati-hati melakukan transaksi terhadap aset berdenominasi rupiah di tengah kebijakan pemerintah Jepang untuk menunda pajak penjualan hingga beberapa tahun ke depan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya.
"Jepang masih mengalami perlambatan ekonomi, kondisi itu dikhawatirkan berdampak negatif pada negara di kawasan Asia," katanya.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa data inflasi menjadi fokus berita di dalam negeri, sedianya Badan Pusat Statistik akan merilis data itu besok (Rabu, 1/6) yang diperkirakan turun.
"Harapan inflasi yang menurun itu yang menjaga laju mata uang domestik terhadap dolar AS. Di sisi lain, penguatan dolar AS juga sudah mulai jenuh," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: