PGN: Gas pipa lebih murah dibandingkan elpiji
30 Mei 2016 23:57 WIB
Sejumlah pekerja Perusahaan Gas Negara (PGN) memasang pipa gas saat pengembangan jaringan distribusi gas untuk wilayah Jawa Barat di jalan KS. Tubun, Kedunghalang, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (16/5/2016). Sampai dengan triwulan I 2016, PGN menyalurkan gas bumi ke lebih dari 116.400 pelanggan rumah tangga, 1.879 usaha kecil, mal, hotel, rumah sakit, restoran hingga rumah makan, serta 1.576 industri skala besar dan pembangkit listrik. (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)
Semarang (ANTARA News) - PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk menyatakan harga penggunaan gas yang disalurkan melalui pipa lebih murah dibandingkan elpiji kemasan tabung.
"Untuk tingkat penghematannya bisa sampai 40-50 persen," kata Sales Area Head PT PGN Edy Sukamto di Semarang, Senin.
Dia menjelaskan konsumen untuk rumah tangga dibagi menjadi dua yaitu RT 1 dan RT 2. Untuk RT 1 adalah khusus konsumen listrik 900 VA ke bawah.
Pembayaran untuk kelompok RT 1 ini yaitu Rp3.333/m3. Untuk konsumen RT 2 adalah pelanggan listrik di atas 900 VA. Biaya yang harus dibayarkan untuk konsumen ini yaitu Rp4.000/m3.
Sebagai perbandingan, harga elpiji ukuran tabung 3 kg lebih mahal dibandingkan dengan gas yang penyalurannya melalui pipa.
"Secara persamaan, 1 kg gas sama dengan gas 1 m3. Kami menjual 1 m3 di harga Rp3.333 dan Rp4.000, kalau elpiji ini kan berarti Rp6.000/m3," katanya.
Sedangkan dari sisi kontinuitas untuk gas pipa ini jauh lebih handal. Ketika kehabisan, konsumen tidak perlu menghentikan aktivitas untuk membeli elpiji.
Sementara itu, dari sisi risiko juga lebih aman penyaluran gas langsung ke rumah tangga karena penyaluran gas menggunakan sistem kran layaknya air.
"Sehingga jika ada kebocoran biasanya kalau elpiji orang akan takut mendekat ke elpijinya, kalau melalui gas ini cukup keluar ke arah kran dan kran ditutup. Ini akan lebih aman," katanya.
Selain itu, jika dibandingkan dengan berat jenis udara, untuk berat jenis gas natural lebih ringan dibandingkan dengan gas di dalam tabung. Berat jenis gas natural 0,7 kgf/m3, sedangkan berat jenis gas di dalam tabung 1,2 kgf/m3. Untuk berat jenis udara sendiri sebesar 1 kgf/m3.
"Kalau ada kebocoran, gas natural ini akan lebih mudah terurai, kalau yang di dalam tabung akan membutuhkan waktu lebih lama untuk terurai sehingga ketika ada api akan mudah terbakar," katanya.
"Untuk tingkat penghematannya bisa sampai 40-50 persen," kata Sales Area Head PT PGN Edy Sukamto di Semarang, Senin.
Dia menjelaskan konsumen untuk rumah tangga dibagi menjadi dua yaitu RT 1 dan RT 2. Untuk RT 1 adalah khusus konsumen listrik 900 VA ke bawah.
Pembayaran untuk kelompok RT 1 ini yaitu Rp3.333/m3. Untuk konsumen RT 2 adalah pelanggan listrik di atas 900 VA. Biaya yang harus dibayarkan untuk konsumen ini yaitu Rp4.000/m3.
Sebagai perbandingan, harga elpiji ukuran tabung 3 kg lebih mahal dibandingkan dengan gas yang penyalurannya melalui pipa.
"Secara persamaan, 1 kg gas sama dengan gas 1 m3. Kami menjual 1 m3 di harga Rp3.333 dan Rp4.000, kalau elpiji ini kan berarti Rp6.000/m3," katanya.
Sedangkan dari sisi kontinuitas untuk gas pipa ini jauh lebih handal. Ketika kehabisan, konsumen tidak perlu menghentikan aktivitas untuk membeli elpiji.
Sementara itu, dari sisi risiko juga lebih aman penyaluran gas langsung ke rumah tangga karena penyaluran gas menggunakan sistem kran layaknya air.
"Sehingga jika ada kebocoran biasanya kalau elpiji orang akan takut mendekat ke elpijinya, kalau melalui gas ini cukup keluar ke arah kran dan kran ditutup. Ini akan lebih aman," katanya.
Selain itu, jika dibandingkan dengan berat jenis udara, untuk berat jenis gas natural lebih ringan dibandingkan dengan gas di dalam tabung. Berat jenis gas natural 0,7 kgf/m3, sedangkan berat jenis gas di dalam tabung 1,2 kgf/m3. Untuk berat jenis udara sendiri sebesar 1 kgf/m3.
"Kalau ada kebocoran, gas natural ini akan lebih mudah terurai, kalau yang di dalam tabung akan membutuhkan waktu lebih lama untuk terurai sehingga ketika ada api akan mudah terbakar," katanya.
Pewarta: Aris W Widiastuti
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: