Madrid (ANTARA News) – Saat Zinedine Zidane mengambil alih posisi manajer Real Madrid kurang dari lima bulan lalu, klub terkaya itu sedang dilanda masalah namun kini mereka memboyong trofi Liga Champions ke-11 atau undecima di Milan.




Keberhasilan Cristiano Ronaldo menjalankan tugas dalam adu penalti menjadi perubahan luar biasa dalam nasib El Real untuk kedua kalinya dalam tiga tahun terakhir saat mereka memenangi laga final melawan rival sekota mereka Atletico Madrid.




Ribuan penggemar yang bersuka cita tumpah ruah ke pusat Kota Madrid setelah laga itu dan bertahan hingga Minggu pagi untuk menyambut para pahlawan mereka kembali dari Italia di sekitar air mancur Plaza de Cibeles – tempat pertemuan tradisional untuk merayakan kemenangan Real Madrid.




Pertengahan pertama musim ini sangat suram untuk mereka akibat serangkaian kekeliruan di luar lapangan dan performa buruk yang menyebabkan klub itu mengalami kekacauan.




Kepindahan kiper Manchester United David de Gea yang gagal akibat dokumen yang tertunda dan terlemparnya klub itu dari Copa del Rey akibat materi pemain yang tidak memenuhi syarat.




Kekalahan 4-0 dari rival beratnya Barcelona pada November menyebabkan penggemar mendesak pengunduran diri pelatih saat itu Rafael Benitez dan Presiden Florentino Perez.




Benitez ditumbalkan pada awal Januari untuk membuka jalan bagi Zidane untuk menjabat posisi manejer time senior pertamanya setelah 18 bulan menangani tim muda El Real yakni Real Madrid Castilla.




Yang terpenting, berbeda dengan gaya kepemimpinan Benitez yang diktator, sebagai mantan pemain legendaris Zidane langsung mendapatkan pengakuan dari skuat bertabur bintang itu.




“Zizou sangat rendah hati, namun bersungguh-sungguh. Kedatangannya sangat penting bagi kami mengingat dia memiliki hubungan luar biasa dengan para pemain,” ujar kapten Real Madrid Sergio Ramos.




“Dengan Rafael kami memiliki beberapa momen bagus, namun saat Zizou datang ruang ganti lebih bersatu.”




Zidane sudah menjalani jalan panjang untuk mengimbangi karier bintangnya yang meliputi sejumlah Piala Dunia, Liga Champions dan medali pemenang European Championship.




Kemenangan di Milan menjamin dia menjadi pelatih Prancis pertama yang pernah memenangkan kompetisi itu dan tokoh ketujuh yang memboyong trofi si Kuping Besar baik sebagai pemain sekaligus manejer.




Selain itu, dia saat ini memainkan peran penting di masing-masing dari tiga kemenangan terakhir Liga Champions seperti saat dia mencetak gol kemenangan sensasional dalam final 2002 dan asisten Carlo Ancelotti pada 2014.




“Saya begitu bangga untuk menjadi bagian dari klub besar ini. Itu klub sepanjang hidup saya, klub yang menjadikan diri saya seperti ini,” kata Zidane.




“Saya diberikan peluang untuk bermain di klub luar biasa ini, lalu melatihnya.”




“Saya memiliki tim fenomenal dan pemain hebat yang juga bertalenta, dan bersama-sama kami mencapai apa yang kami lakukan pada malam ini.”