Jenazah pendaki India ditemukan di Gunung Everest
30 Mei 2016 22:17 WIB
Ilustrasi pendaki gunung sedang menapaki jalur pendakian di Gunung Everest (8.848 meter dari permukaan laut). Barat mencatat Gunung Everest didaki pertama kali oleh pendaki Selandia Baru, Sir Edmund Hillary dan sherpa Tenzing Norgay, pada 29 Mei 1953. Nama lainnya adalah Sagar-Matha (Nepal) dan Qomolong-ma (Tibet). (reuters.com)
Kathmandu, India (ANTARA News) - Jenazah pendaki India ditemukan di lereng bagian atas Gunung Everest sehingga korban tewas di gunung tertinggi di dunia itu sejak pendakian dibuka kembali musim semi ini menjadi empat orang.
Sherpa yang mencari dua pendaki India yang hilang sejak Sabtu malam menemukan jenazah Paresh Nath, 58, di atas South Cole dengan ketinggian 7.900 meter, kata pejabat pendaki, Jumat.
"Mereka membawa jenazah ke bawah sementara pencarian pendaki India yang lain dilanjutkan," kata Wangchu Sherpa dari perusahaan Trekking Tim Nepal yang menyelenggarakan ekspedisi mereka.
Sekitar 400 pendaki telah mencapai Puncak Everest bulan ini, yang pertama setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter menyebabkan longsor yang menewaskan sedikitnya 18 orang di Base Camp tahun lalu.
Pada Jumat, sebuah helikopter penyelamat membawa jenazah pendaki Australia Maria Strydom dari Everest ke ibukota Nepal, Kathmandu. Strydom, 34, sudah mendekati puncak di ketinggian 8.850 meter ketika ia jatuh sakit dengan penyakit ketinggian dan harus kembali. Dia meninggal Sabtu lalu.
"Jenazahnya kini telah dibawa ke Kathmandu dari gunung," kata Phu Tenzi Sherpa, dari Seven Summit Treks, yang mengatur ekspedisinya.
Suami Strydom, Robert Gropel, yang berada di timnya dan juga menderita penyakit ketinggian, diterbangkan ke Kathmandu awal pekan ini.
Arnold Coster, yang memimpin ekspedisi, mengatakan Seven Summit Treks memiliki pengalaman dan persiapan yang cukup. Pendaki gunung asal Belanda itu mengatakan dia memilih para pendaki secara pribadi, dan Strydom dan Gropel memiliki tiga sherpa berpengalaman yang mendampingi mereka.
Gropel mengatakan pasangan itu memulai pendakuan mereka pada Jumat malam dalam cuaca cerah, berangkat dari Camp 4, tetapi pada Puncak Selatan di ketinggian hampir 8.000 meter, Strydom melambat, karena menderita penyakit ketinggian.
Gropel juga mulai menderita kekurangan oksigen, yang menghambat proses berpikirnya.
"Butuh waktu bagi saya untuk mengingat bahwa saya punya obat, dan segera setelah saya menyadari saya memberinya injeksi deksametason," kata Gropel pada Australian Broadcasting Corp.
Dengan obaf dan lebih banyak oksigen yang dibawa oleh sherpa, Strydom membaik dan berjalan ke bawah. Dia kemudian jatuh tiba-tiba dan tidak bisa bangkit kembali.
Coster menanggapi kritik bahwa kelompoknya tidak tidur di Camp 3, yang juga dapat melemahkan pendaki.
Sherpa pendaki membawa jenazah Strydom turun gunung ke Camp 2 (6.400 meter), Rabu, tempat helikopter penyelamatan membawanya ke Kathmandu.
Sherpa yang mencari dua pendaki India yang hilang sejak Sabtu malam menemukan jenazah Paresh Nath, 58, di atas South Cole dengan ketinggian 7.900 meter, kata pejabat pendaki, Jumat.
"Mereka membawa jenazah ke bawah sementara pencarian pendaki India yang lain dilanjutkan," kata Wangchu Sherpa dari perusahaan Trekking Tim Nepal yang menyelenggarakan ekspedisi mereka.
Sekitar 400 pendaki telah mencapai Puncak Everest bulan ini, yang pertama setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter menyebabkan longsor yang menewaskan sedikitnya 18 orang di Base Camp tahun lalu.
Pada Jumat, sebuah helikopter penyelamat membawa jenazah pendaki Australia Maria Strydom dari Everest ke ibukota Nepal, Kathmandu. Strydom, 34, sudah mendekati puncak di ketinggian 8.850 meter ketika ia jatuh sakit dengan penyakit ketinggian dan harus kembali. Dia meninggal Sabtu lalu.
"Jenazahnya kini telah dibawa ke Kathmandu dari gunung," kata Phu Tenzi Sherpa, dari Seven Summit Treks, yang mengatur ekspedisinya.
Suami Strydom, Robert Gropel, yang berada di timnya dan juga menderita penyakit ketinggian, diterbangkan ke Kathmandu awal pekan ini.
Arnold Coster, yang memimpin ekspedisi, mengatakan Seven Summit Treks memiliki pengalaman dan persiapan yang cukup. Pendaki gunung asal Belanda itu mengatakan dia memilih para pendaki secara pribadi, dan Strydom dan Gropel memiliki tiga sherpa berpengalaman yang mendampingi mereka.
Gropel mengatakan pasangan itu memulai pendakuan mereka pada Jumat malam dalam cuaca cerah, berangkat dari Camp 4, tetapi pada Puncak Selatan di ketinggian hampir 8.000 meter, Strydom melambat, karena menderita penyakit ketinggian.
Gropel juga mulai menderita kekurangan oksigen, yang menghambat proses berpikirnya.
"Butuh waktu bagi saya untuk mengingat bahwa saya punya obat, dan segera setelah saya menyadari saya memberinya injeksi deksametason," kata Gropel pada Australian Broadcasting Corp.
Dengan obaf dan lebih banyak oksigen yang dibawa oleh sherpa, Strydom membaik dan berjalan ke bawah. Dia kemudian jatuh tiba-tiba dan tidak bisa bangkit kembali.
Coster menanggapi kritik bahwa kelompoknya tidak tidur di Camp 3, yang juga dapat melemahkan pendaki.
Sherpa pendaki membawa jenazah Strydom turun gunung ke Camp 2 (6.400 meter), Rabu, tempat helikopter penyelamatan membawanya ke Kathmandu.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: