Paus puji kanal kecantikan saat bertemu YouTuber
30 Mei 2016 13:41 WIB
Paus Fransiskus tersenyum selama pertemuan dengan Scholas Occurrentes, organisasi pendidikan yang didirikan oleh Paus, di Vatikan, Rabu (3/2). (REUTERS/Alessandro Bianch )
Vatikan (ANTARA News) - Paus Fransiskus melakukan pertemuan dengan bintang-bintang YouTube pada Minggu (29/5), menyampaikan dukungannya kepada para pembuat video kecantikan populer dan mengajak selebriti yang menjadi tamunya membantu orang-orang muda menciptakan identitas virtual.
Anggota kelompok eklektik 12 YouTuber yang bertemu Paus antara lain Louise Pentland, pembuat video asal Inggris yang mengelola kanal Sprinkle of Glitter, yang tayangan-tayangan kecantikan dan fesyennya mendapat pujian Paus.
"Saya senang kalian melakukan pekerjaan yang kalian inginkan, mengikuti lini kecantikan, itu hal yang luar biasa. Memberitakan dan menunjukkan kecantikan membantu menetralisir agresi," kata Paus, yang berbagi meja dan tawa bersama para vlogger.
Pertemuan 50 menit itu membahas banyak topik, termasuk ekstremisme, identitas dan Diego Maradona, yang membuat Paus mengelak dari pertanyaan tentang apakah gol "tangan Tuhan" sang pesepakbola dalam Piala Dunia 1986 murni campur tangan ilahi.
Paus justru menyarankan para pembuat video membantu pengikut mereka di Youtube yang merasa kehilangan arah.
"Kalian bisa menciptakan identitas virtual; kau tergabung dalam lingkaran ini setidaknya secara virtual. Dari situ kalian bisa mulai menapaki jalan optimisme dan harapan," katanya.
Di antara bintang-bintang YouTube dari enam benua yang diundang ke Vatikan ada Hayla Ghazal asal Dubai, yang dikenal lewat tayangan komedi untuk mengubah perlakuan terhadap perempuan di Timur Tengah.
Selain itu ada Dulce Candy, warga negara Amerika-Meksiko yang melintasi batas negara secara ilegal saat masih anak-anak.
Migrasi menjadi tema umum dari para hadirin, dan Paus berkata ia tidak akan pernah melupakan pagar berduri yang dia lihat memisahkan Amerika Serikat dan Meksiko saat mengunjungi perbatasan kedua negara pada September 2015.
Paus juga memberi perhatian kepada bocah Italia yang sehari sebelumnya menggambar adegan seorang bocah mengajak migran bermain sepak bola, selain mengkritik politisi Eropa yang gagal menciptakan kebijakan sehat yang mempromosikan integrasi.
Terkait ekstrimisme, Paus mengatakan gejala semacam itu tidak hanya ada di agama tertentu saja.
"Dalam agama apapun pasti ada kelompok fundamentalis yang meyakini bahwa merekalah pemegang kebenaran," katanya.
Paus menutup pertemuan dengan menyampaikan terima kasih kepada para peserta yang telah "memberi saya sebagian semangat muda mereka sebagai hadiah", wujud upaya Vatikan untuk menjangkau generasi muda lewat daring.
Pada Maret, akun Instagram kepausan diluncurkan dengan nama latinnya, "franciscus", dan 2,5 juta pengguna telah menjadi pengikutnya.
Pembukaan akun Instagram dilakukan menyusul pertemuan Paus Fransis dengan pemimpin perusahaan, Kevin Systrom, yang menggambarkan pertemuan itu sebagai pengalaman paling berharga dalam hidupnya.
Strategi digital Vatikan yang diawali dengan diundangnya mantan pemimpin Google, Eric Schmidt, ke jantung Gereja Katholik pada awal 2016.
Meski Vatikan kini begitu antusias terhadap media sosial, Paus mengaku gagap teknologi dan mengingatkan umat Katholik agar tidak mendahulukan telepon pintar mereka dari interaksi nyata antarmanusia, demikian seperti dilansir laman The Guardian.
Anggota kelompok eklektik 12 YouTuber yang bertemu Paus antara lain Louise Pentland, pembuat video asal Inggris yang mengelola kanal Sprinkle of Glitter, yang tayangan-tayangan kecantikan dan fesyennya mendapat pujian Paus.
"Saya senang kalian melakukan pekerjaan yang kalian inginkan, mengikuti lini kecantikan, itu hal yang luar biasa. Memberitakan dan menunjukkan kecantikan membantu menetralisir agresi," kata Paus, yang berbagi meja dan tawa bersama para vlogger.
Pertemuan 50 menit itu membahas banyak topik, termasuk ekstremisme, identitas dan Diego Maradona, yang membuat Paus mengelak dari pertanyaan tentang apakah gol "tangan Tuhan" sang pesepakbola dalam Piala Dunia 1986 murni campur tangan ilahi.
Paus justru menyarankan para pembuat video membantu pengikut mereka di Youtube yang merasa kehilangan arah.
"Kalian bisa menciptakan identitas virtual; kau tergabung dalam lingkaran ini setidaknya secara virtual. Dari situ kalian bisa mulai menapaki jalan optimisme dan harapan," katanya.
Di antara bintang-bintang YouTube dari enam benua yang diundang ke Vatikan ada Hayla Ghazal asal Dubai, yang dikenal lewat tayangan komedi untuk mengubah perlakuan terhadap perempuan di Timur Tengah.
Selain itu ada Dulce Candy, warga negara Amerika-Meksiko yang melintasi batas negara secara ilegal saat masih anak-anak.
Migrasi menjadi tema umum dari para hadirin, dan Paus berkata ia tidak akan pernah melupakan pagar berduri yang dia lihat memisahkan Amerika Serikat dan Meksiko saat mengunjungi perbatasan kedua negara pada September 2015.
Paus juga memberi perhatian kepada bocah Italia yang sehari sebelumnya menggambar adegan seorang bocah mengajak migran bermain sepak bola, selain mengkritik politisi Eropa yang gagal menciptakan kebijakan sehat yang mempromosikan integrasi.
Terkait ekstrimisme, Paus mengatakan gejala semacam itu tidak hanya ada di agama tertentu saja.
"Dalam agama apapun pasti ada kelompok fundamentalis yang meyakini bahwa merekalah pemegang kebenaran," katanya.
Paus menutup pertemuan dengan menyampaikan terima kasih kepada para peserta yang telah "memberi saya sebagian semangat muda mereka sebagai hadiah", wujud upaya Vatikan untuk menjangkau generasi muda lewat daring.
Pada Maret, akun Instagram kepausan diluncurkan dengan nama latinnya, "franciscus", dan 2,5 juta pengguna telah menjadi pengikutnya.
Pembukaan akun Instagram dilakukan menyusul pertemuan Paus Fransis dengan pemimpin perusahaan, Kevin Systrom, yang menggambarkan pertemuan itu sebagai pengalaman paling berharga dalam hidupnya.
Strategi digital Vatikan yang diawali dengan diundangnya mantan pemimpin Google, Eric Schmidt, ke jantung Gereja Katholik pada awal 2016.
Meski Vatikan kini begitu antusias terhadap media sosial, Paus mengaku gagap teknologi dan mengingatkan umat Katholik agar tidak mendahulukan telepon pintar mereka dari interaksi nyata antarmanusia, demikian seperti dilansir laman The Guardian.
Penerjemah: Gilang Galiartha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016
Tags: