Ambon (ANTARA News) - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli menegaskan pemerintah dan masyarakat Maluku harus memainkan peranan penting dan memanfaatkan peluang pengembangan dan pengelolaan ladang gas abadi Blok Masela.

"Pengembangan Blok Masela harus menjadi motor pengembangan wilayah dan pembangunan industri nasional serta menjadi momentum perubahan pengelolaan sumber daya alam (SDA) kita," kata Rizal Ramli saat memberikan kuliah umum kepada civitas Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Sabtu.

Dia menegaskan, pengelolaan ladang gas terbesar tersebut bukan hanya persoalan darat atau laut semata, tetapi menjadi momentum untuk mengubah paradigma pengelolaan SDA di Indonesia.

"Kita harus tinggalkan ekspor gas alam. Harus dibuatkan industri yang memberikan nilai tambah lebih besar," tegasnya dan disambut tepuk tangan ribuan mahasiswa dan pimpinan universitas terkemuka di Maluku tersebut.

Pada kesempatan itu, Rizal Ramli mengatakan, persoalan pembangunan Blok Masela di darat atau laut terlalu sederhana, karena yang sangat penting yakni bagaimana SDA digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.

Menurut dia, dua hal yang membuat Indonesia tertinggal karena mengekspor sumber daya alam tanpa memberikan nilai tambah. Justru, negara importir yang menikmati hasil besar karena membangun industri.

"Blok Masela harus diikuti dengan pembangunan industri, termasuk industri turunan. Keuntungan yang diperoleh berlipat ganda jika membangun industri, belum lagi dengan adanya dampak tidak langsung," katanya.

Lulusan ITB itu mengatakan, dengan pengelolaan yang tepat, Maluku akan menjadi daerah maju, karena Blok Masela akan melahirkan satu kota baru.

"Karena itu Maluku harus mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sebanyak mungkin agar dapat berperan pada semua bidang pekerjaan yang dibutuhkan," tandas Menko Rizal dan mendapat sambutan meriah ribuan peserta yang mendengarkan paparannya tentang mengenai Blok Masela.

Rizal juga mengutip filosofi masyarakat Maluku "ale rasa beta rasa" dan "sagu salempeng dipatah dua" sebagai ungkapan bermakna besar untuk membangun persaudaraan untuk bertumbuh dan membangun secara bersama-sama.

"Ale rasa beta rasa. Apa yang Maluku rasakan, kami pun ikut merasakan. Maluku pahit, saya juga merasakan pahit. Maluku sedih, kami merasa bersedih. Kalau saudara-saudara di Maluku bahagia, kami juga bahagia," kata Rizal yang disambut tepuk tangan.

Rizal Ramli didampingi Wagub Maluku Zeth Sahuburua, Rektor Universitas Pattimura, Prof. Dr. Marthinus J. Saptenno, Engelina Pattiasina (Direktur Acrhipelago Solidarity Foundation) dan Nono Sampono (Anggota DPD RI).