Mantan aktivis JI: Santoso lebih kuasai medan
26 Mei 2016 17:45 WIB
Penjagaan Jalur Masuk Poso. Sejumlah aparat gabungan TNI-Polri berjaga di gerbang masuk dan keluar Desa Sedoa, Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (5/4/2016). Penjagaan dan pemeriksaan setiap kendaraan yang keluar dan masuk itu adalah rangkaian dari taktik mempersempit ruang gerak kelompok teroris Santoso yang kini kian terdesak di hutan Poso. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Jakarta (ANTARA News) - Mantan aktivis Jamaah Islamiyah (JI) Ali Fauzi Manzi mengatakan, penyebab pemimpin jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso belum juga tertangkap lantaran Santoso lebih menguasai medan.
"Dia (Santoso) lebih menguasai medan," kata Ali dalam acara bertajuk Penguatan Perspektif Korban Dalam Peliputan Isu Terorisme Bagi Insan Media, di Jakarta, Kamis.
Pasalnya, menurutnya, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan berperang adalah penguasaan medan.
Sementara terkait jumlah anggota MIT yang kini tinggal 22 orang, menurutnya tidak lantas membuat Santoso cs mudah ditangkap. "Gerilyawan tidak perlu (melibatkan) banyak orang," katanya.
Sementara Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi juga mengatakan hal senada.
Rudy mengungkapkan luas medan dan teknik gerilya kelompok Santoso menyulitkan jalannya operasi. Dia mengatakan di dalam teknik bergerilya, semakin kecil jumlah orang yang bergerilya maka semakin sulit pula untuk dihentikan.
"Kami melakukan antigerilya dengan memecah anggota. Tekniknya juga kami ubah terus," imbuhnya.
Pihaknya memperkirakan anggota jaringan teroris Santoso kini berjumlah 22 orang.
"Sampai saat ini DPO (daftar pencarian orang) tersisa 22," kata Rudy.
Operasi gabungan Tinombala untuk memburu jaringan teroris pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah akan berakhir 8 Agustus 2016.
"Dia (Santoso) lebih menguasai medan," kata Ali dalam acara bertajuk Penguatan Perspektif Korban Dalam Peliputan Isu Terorisme Bagi Insan Media, di Jakarta, Kamis.
Pasalnya, menurutnya, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan berperang adalah penguasaan medan.
Sementara terkait jumlah anggota MIT yang kini tinggal 22 orang, menurutnya tidak lantas membuat Santoso cs mudah ditangkap. "Gerilyawan tidak perlu (melibatkan) banyak orang," katanya.
Sementara Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi juga mengatakan hal senada.
Rudy mengungkapkan luas medan dan teknik gerilya kelompok Santoso menyulitkan jalannya operasi. Dia mengatakan di dalam teknik bergerilya, semakin kecil jumlah orang yang bergerilya maka semakin sulit pula untuk dihentikan.
"Kami melakukan antigerilya dengan memecah anggota. Tekniknya juga kami ubah terus," imbuhnya.
Pihaknya memperkirakan anggota jaringan teroris Santoso kini berjumlah 22 orang.
"Sampai saat ini DPO (daftar pencarian orang) tersisa 22," kata Rudy.
Operasi gabungan Tinombala untuk memburu jaringan teroris pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah akan berakhir 8 Agustus 2016.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: