Semarang (ANTARA News) - PT Pertamina Marketing Operation Region IV Jawa Tengah-DIY telah menjalankan sejumlah persiapan dalam menghadapi Ramadan dan Lebaran.

"Khususnya untuk Ramadan ini biasanya ada kenaikan konsumsi LPG di masyarakat," kata General Manager PT Pertamina MOR IV Jawa Tengah-DIY Kusnendar di Semarang, Kamis.

Menurut dia, peningkatan sendiri mulai terjadi pada awal bulan Ramadan. Untuk besaran peningkatannya bisa sampai 10 persen.

"Bahkan saat peak season peningkatannya sampai 15 persen dibandingkan dengan jumlah konsumsi normal," katanya.

Untuk diketahui, konsumsi LPG pada saat normal wilayah Jawa Tengah dan DIY untuk LPG ukuran tabung 3 kg sebanyak 63.994 MT/bulan dan elpiji ukuran tabung 12 kg sebanyak 5.695 MT/bulan.
Sementara itu, dari sisi peningkatan konsumsi BBM biasanya akan terjadi jelang Lebaran atau saat memasuki musim mudik. Peningkatan yang paling besar adalah untuk konsumsi bahan bakar khusus (BBK) di antaranya pertamax dan pertamina dex.
"Untuk peningkatan konsumsi BBM ini bisa sampai 50 persen, sedangkan untuk konsumsi premium peningkatannya sekitar 20 persen," katanya.

Konsumsi rata-rata untuk BBK di wilayah Jateng-DIY rinciannya adalah untuk pertamax sebanyak 1.402 KL/hari, pertalite sebanyak 531 KL/hari, pertamax plus sebanyak 32 KL/hari, dan pertamina dex sebanyak 27 KL/hari, sedangkan untuk premium sebanyak 9.008 KL/hari.

Untuk kesiapan yang lain, pihaknya akan menyiapkan SPBU kantong di rute-rute mudik.

"Dalam hal ini kami akan berkoordinasi dengan jajaran kepolisan maupun Dinas Perhubungan. Untuk SPBU-SPBU yang padat, seperti halnya tahun lalu akan kami tutup sementara. Untuk kendaraan yang baru datang dan ingin mengisi BBM akan dialihkan ke SPBU berikutnya," katanya.

Menurut dia, langkah tersebut penting dilakukan karena berhubungan dengan keselamatan dan kenyamanan konsumen yang ingin melakukan pengisian BBM.

Nantinya, Pertamina juga akan memasarkan produk alternatif atau dalam kemasan kaleng di sekitar SPBU. Meski harganya lebih mahal karena harus dibeli dalam bentuk kemasan, pihaknya optimistis produk alternatif tersebut akan dipilih konsumen untuk menghindari antrian panjang.