Kemendikbud: sekolah pelit beri penghargaan pada siswanya
26 Mei 2016 12:34 WIB
Ilustrasi: Seorang siswi SMA Negeri 1 Kota Gorontalo, Sabtu (7/5/2016), menunjukan sebuah pesan singkat di telepon genggam miliknya. Sejumlah SMA di Gorontalo mengumumkan kelulusan siswa melalui pesan singkat maupun online untuk mempermudah orang tua dan siswa dalam mengetahui informasi mengenai kelulusan dan nilai siswa. (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/pd/16)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Sukiman mengatakan selama ini sebagian besar sekolah pelit dalam memberi penghargaan kepada siswanya.
"Misalnya anak terpilih sebagai ketua kelas, seharusnya guru mengirimkan pesan singkat atau SMS pada orang tua yang berisi ucapan selamat pada orang tua tersebut," ujar Sukiman dalam diskusi di Jakarta, Kamis
Kenyataannya, selama ini sekolah hanya berinteraksi dengan para orang tua ketika kenaikan kelas atau pembagian rapor. Selain itu, nyaris sama sekali tidak terjadi interaksi.
Begitu juga ketika anak mendapatkan nilai bagus di sekolah, guru juga hendaknya mengabari orang tua anak tersebut mengenai pencapaian si murid.
"Misalnya ucapan selamat, anak ibu terpilih secara aklamasi sebagai ketua kelas ataupun selamat anak ibu mendapatkan nilai 100," papar dia.
Menurut dia, perlu ada perubahan terhadap hal itu. Sekolah harus membangun interaksi dengan para orang tua, begitu juga dengan orang tua perlu jangan hanya melepas begitu saja pada sekolah.
Sukiman menjelaskan tidak semua orangtua terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak mereka di sekolah. Saat ini hampir semua urusan sekolah diselesaikan pihak ibu.
Idealnya sebagai keluarga, baik ibu dan ayah harus berbagi epran. Kedua orangtua juga harus lebih aktif dalam mencari tahu tentang sekolah anaknya, bukan sekadar hasil rapor.
"Orang tua jangan sekadar mengantar anak ke sekolah, tetapi perlu ada diskusi dengan guru," papar dia.
Sementara itu, penasehat senior ACDP Indonesia, Totok Amin Soefijanto, mengatakan salah satu nilai kehidupan yang diajarkan di keluarga adalah integritas dan kejujuran.
"Seharusnya, penanaman nilai-nilai kejujuran sudah selesai di ranah keluarga sebelum seorang anak masuk sekolah. Kenyataannya tidaklah demikian," ujar Totok.
Untuk itu, lanjut Totok, perlu adanya interaksi yang baik antara guru dan orang tua.
"Misalnya anak terpilih sebagai ketua kelas, seharusnya guru mengirimkan pesan singkat atau SMS pada orang tua yang berisi ucapan selamat pada orang tua tersebut," ujar Sukiman dalam diskusi di Jakarta, Kamis
Kenyataannya, selama ini sekolah hanya berinteraksi dengan para orang tua ketika kenaikan kelas atau pembagian rapor. Selain itu, nyaris sama sekali tidak terjadi interaksi.
Begitu juga ketika anak mendapatkan nilai bagus di sekolah, guru juga hendaknya mengabari orang tua anak tersebut mengenai pencapaian si murid.
"Misalnya ucapan selamat, anak ibu terpilih secara aklamasi sebagai ketua kelas ataupun selamat anak ibu mendapatkan nilai 100," papar dia.
Menurut dia, perlu ada perubahan terhadap hal itu. Sekolah harus membangun interaksi dengan para orang tua, begitu juga dengan orang tua perlu jangan hanya melepas begitu saja pada sekolah.
Sukiman menjelaskan tidak semua orangtua terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak mereka di sekolah. Saat ini hampir semua urusan sekolah diselesaikan pihak ibu.
Idealnya sebagai keluarga, baik ibu dan ayah harus berbagi epran. Kedua orangtua juga harus lebih aktif dalam mencari tahu tentang sekolah anaknya, bukan sekadar hasil rapor.
"Orang tua jangan sekadar mengantar anak ke sekolah, tetapi perlu ada diskusi dengan guru," papar dia.
Sementara itu, penasehat senior ACDP Indonesia, Totok Amin Soefijanto, mengatakan salah satu nilai kehidupan yang diajarkan di keluarga adalah integritas dan kejujuran.
"Seharusnya, penanaman nilai-nilai kejujuran sudah selesai di ranah keluarga sebelum seorang anak masuk sekolah. Kenyataannya tidaklah demikian," ujar Totok.
Untuk itu, lanjut Totok, perlu adanya interaksi yang baik antara guru dan orang tua.
Pewarta: Indriani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016
Tags: