Bogor (ANTARA News) - Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Bogor, Jawa Barat, mengimbau masyarakat yang ingin mengunjungi Istana Bogor dalam kegiatan Istana Untuk Rakyat (Istura) 2016 untuk mengenakan sepatu agar dizinkan masuk oleh Paspamres.

Imbauan ini disampaikan lantara pada hari kedua pelaksanaan Istura, Rabu, banyak warga yang kecewa karena tidak diperbolehkan masuk Istana Bogor oleh pengamanan presiden (Paspampres) karena menggunakan sandal, meski telah berpakaian rapi dan sopan.

"Tahun ini peraturan masuk istana lebih ketat dari biasanya, pengunjung yang menggunakan sandal tidak diperbolehkan masuk ke dalam istana, begitu juga telepon genggam tidak diperbolehkan lagi," kata Kepala Disbudparekraf Kota Bogor, Shahlan Rasyidi, di Bogor, Rabu.

Menurut Shahlan, pihaknya telah menyebarluaskan informasi tentang tata cara dan persyaratan yang harus dipenuhi warga untuk bisa mengunjungi Istana Bogor baik melalui website resmi Disbudparekraf, Pemkot Bogor, media hingga selebaran.

Beberapa persyaratan tersebut diantaranya harus memiliki tiket masuk, dilarang membawa tas berisi barang dan makanan, panitia tidak menyediakan penitiban barang dan tidak bertanggung jawab atas kehilangan barang, berpakaian bebas rapi, sopan (tidak menggunakan jeans dan sendal jepit), dilarang membawa kamera dan mengambil gambar di Istana.

"Adanya larangan masuk itu menjadi kewenangan pihak keamanan istana," katanya.

Hari kedua Istura, beberapa masyarakat mengeluh kecewa karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke Istana Bogor hanya karena menggunakan sandal.

Ungkapan kekecewaan disampaikan Sutia (66) dan Misriyah (54) yang datang dari Pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Mereka tidak diperbolehkan masuk istana karena menggunakan sandal.

"Saya sudah jauh-jauh dari Pulau Tidung ke Bogor hanya untuk bisa masuk ke Istana Bogor, tetapi ditolak karena saya gunakan sandal," kata dengan nada kecewa.

Kekecewaan Sutia semakin menjadi, saat ia memcoba mencari alternatif dengan menggunakan sepatu kain yang ia pernah gunakan saat berangkat Haji di Masjidil Haram. Tetapi upaya tersebut tetap ditolak oleh pengawal istana yang tidak mengizinkan ia beserta adiknya masuk.

"Kelewatan sekali, di Masjidil Haram saja yang jelas-jelas rumah Tuhan kita boleh masuk. Kenapa di Istana presiden seperti ini tidak boleh, saya sudah terlanjur kecewa, katanya istana untuk rakyat, tapi apa, saya jauh-jauh dari Tidung hanya untuk bisa masuk Istana Bogor," katanya.

Sutia mengetahui adanya kegiatan Istana untuk Rakyat dari tayangan televisi. Informasi yang ia terima tentang syarat masuk tidak lengkap hanya menggenakan pakaian rapi, sopan dan tidak mengenakan jeans.

"Informasi persyaratan tidak lengkap, tidak diinformasikan larangan menggunakan sandal," katanya.

Sutia dan adiknya berangkat dari Pulau Tidung sejak Selasa, dengan menggunakan angkutan umum. Untuk bisa ke Bogor ia menginap dulu di Muara Angke. Lalu berangkat pagi hari ke Bogor dan mendaftar untuk ikut kunjungan Istura. Setelah mendapatkan tiket, ia harus menelan kekecewaan, ketika petugas pengamanan khusus presiden menolaknya masuk ke Istana.

Karena sudah kecewa, Sutia menolak dipinjamkan sepatu oleh sejumlah pegawai Pemkot yang bertugas di tempat pendaftaran tiket Istura.

Menurut petugas Disbudparekraf, tidak hanya warga yang kecewa. Beberapa pegawai Pemkot Bogor yang ingin masuk istana juga mendapat penolakan lantaran menggunakan sandal.

Pegawai Pemkot menggunakan sandal karena ada program Rebo Nyunda dimana pegawai mengenakan Baju Kampret untuk laki-laki dan dan Baju Kebaya untuk pegawai wanita. Penggunaan pakaian tradisional tersebut dipadupadankan dengan sandal.

"Tidak hanya warga, kami pegawai Pemkot juga ditolak. Bagaimana kami mau ganti sepatu, kalau setiap Rabu Nyunda pakaian yang digunakan baju kampret dan kebaya dengan bawahan sandal," kata salah seorang pegawai.

Menyikapi hal itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, dirinya telah berbicara kepada Sekretaris Negara dan Paspampres terkait dua hal yakni kemungkinan pengaturan waktu kunjungan sesuai aktivitas presiden sehingga masyarakat bisa mengakses ruangan-ruangan bersejarah yang ada di dalam istana.

"Tekait tata tertib masuk istana, harusnya pihak memahami kalau Istana untuk rakyat ini sekali setahun, harusnya ada toleransi, mungkin saja warga tidak punya sepatu untuk bisa masuk istana," katanya.

Menurut Bima, harus ada alternatif agar warga yang sudah terlanjur datang dari jauh tidak kecewa dan dapat masuk berkunjung ke Istana yang hanya dibuka setahun sekali dengan adanya jasa penyewaan sepatu.

"Seperti dulu saya punya pengalaman pernah datang ke salah satu restoran yang mengharuskan menggunakan sepatu. Di sana tersedia jasa penyewaan sepatu, jadi ada solusinya," kata dia.

Memasuki hari kedua Istana untuk Rakyat, tercatat sebanyak 5.823 warga telah berkunjung dan diperbolehkan masuk ke Istana Bogor.