DIY "kawinkan" perhotelan dengan desa wisata
25 Mei 2016 16:06 WIB
Desa WIsata Penglipuran. Sejumlah warga melintas di antara deretan rumah tradisional Bali di Desa Penglipuran, Bangli, Bali, Senin (7/4/2014). Desa wisata itu dikembangkan oleh masyarakat setempat dengan pelestarian adat dan budaya sehingga menjadi desa wisata percontohan yang akan dikembangan di sejumlah daerah di Indonesia. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Yogyakarta (ANTARA News) - Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta mencoba "mengawinkan" perhotelan dengan desa wisata melalui program "1 Hotel 1 Desa/Kampung Wisata" yang akan diluncurkan pada Senin (30/5).
"Keterkaitan hotel dan desa wisata selama ini memang belum ada sehingga melalui program itu kami pertemukan keduanya," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta di Yogyakarta, Rabu.
Program itu bertujuan memperluas pemasaran desa wisata, meningkatkan sumber daya manusia dan mengangkat potensi lokal yang dimiliki desa wisata, serta peningkatan standar melalui transformasi kapasitas pengelolaan kepariwisataan dari perhotelan.
Ia mengatakan program yang akan diluncurkan di Desa Mangunan, Dlingo, Bantul itu akan mempertemukan 21 hotel bintang tiga hingga bintang lima dengan 21 desa/kampung wisata di DIY.
Menurut dia, melalui program tersebut kedua elemen penopang pariwisata di DIY itu diharapkan dapat saling membangun dan mendapatkan keuntungan satu sama lain.
Melalui program itu pemasaran desa wisata akan semakin luas menyasar wisatawan domestik maupun mancanegara yang menggunakan layanan perhotelan. Di sisi lain hotel juga mendapatkan kemudahan ketika memiliki program "out door" karena dapat langsung terhubung dengan desa wisata yang menjadi mitranya.
"Mungkin untuk mengawali program itu nanti informasi atau wahana promosi desa wisata akan ada di ruang resepsionis hotel," kata dia.
Aris menyebutkan, 21 desa/kampung wisata yang akan terpilih mengawali program itu antara lain Desa Wisata Taman Tebing Breksi, Sleman, Desa Wisata Nawung, Gayamharjo, Sleman, Kampung Wisata Rejowinangun, Kota Yogyakarta dan Kampung Wisata Gunung Ketur, Kota Yogyakarta, Desa Wisata Kebon Agung, Imogiri, Bantul, Desa Wisata Njelok, Patuk, Gunung Kidul, serta Desa Wisata Sidorejo, Lendah, Kulon Progo.
Menurut dia, 21 desa/kampung wisata yang terpilih menjadi model dalam program itu telah melalui pembahasan antara Dinas Pariwisata dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY.
"Setelah diluncurkan, program itu akan dilanjutkan dengan berbagai pengembangan strategi yang akan melibatkan dunia usaha, akademisi, serta komunitas wisata," kata dia.
Kapasitas sumber daya manusia (SDA) pengelola serta pemandu desa wisata yang dilibatkan, menurut dia, juga dipastikan mampu memberikan pelayanan dengan standar internasional, minimal mampu berkomunikasi dengan bahasa asing.
Sementara 21 hotel yang bergabung dalam program itu di antaranya adalah Hotel LPP Group, Hotel Royal Ambarukmo dan Hotel Mutiara Yogyakarta.
"Dari 50 hotel bintang tiga hingga lima yang ada di DIY baru kami libatkan 21 hotel. Harapannya bisa diikuti hotel-hotel lainnya," kata dia.
"Keterkaitan hotel dan desa wisata selama ini memang belum ada sehingga melalui program itu kami pertemukan keduanya," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta di Yogyakarta, Rabu.
Program itu bertujuan memperluas pemasaran desa wisata, meningkatkan sumber daya manusia dan mengangkat potensi lokal yang dimiliki desa wisata, serta peningkatan standar melalui transformasi kapasitas pengelolaan kepariwisataan dari perhotelan.
Ia mengatakan program yang akan diluncurkan di Desa Mangunan, Dlingo, Bantul itu akan mempertemukan 21 hotel bintang tiga hingga bintang lima dengan 21 desa/kampung wisata di DIY.
Menurut dia, melalui program tersebut kedua elemen penopang pariwisata di DIY itu diharapkan dapat saling membangun dan mendapatkan keuntungan satu sama lain.
Melalui program itu pemasaran desa wisata akan semakin luas menyasar wisatawan domestik maupun mancanegara yang menggunakan layanan perhotelan. Di sisi lain hotel juga mendapatkan kemudahan ketika memiliki program "out door" karena dapat langsung terhubung dengan desa wisata yang menjadi mitranya.
"Mungkin untuk mengawali program itu nanti informasi atau wahana promosi desa wisata akan ada di ruang resepsionis hotel," kata dia.
Aris menyebutkan, 21 desa/kampung wisata yang akan terpilih mengawali program itu antara lain Desa Wisata Taman Tebing Breksi, Sleman, Desa Wisata Nawung, Gayamharjo, Sleman, Kampung Wisata Rejowinangun, Kota Yogyakarta dan Kampung Wisata Gunung Ketur, Kota Yogyakarta, Desa Wisata Kebon Agung, Imogiri, Bantul, Desa Wisata Njelok, Patuk, Gunung Kidul, serta Desa Wisata Sidorejo, Lendah, Kulon Progo.
Menurut dia, 21 desa/kampung wisata yang terpilih menjadi model dalam program itu telah melalui pembahasan antara Dinas Pariwisata dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY.
"Setelah diluncurkan, program itu akan dilanjutkan dengan berbagai pengembangan strategi yang akan melibatkan dunia usaha, akademisi, serta komunitas wisata," kata dia.
Kapasitas sumber daya manusia (SDA) pengelola serta pemandu desa wisata yang dilibatkan, menurut dia, juga dipastikan mampu memberikan pelayanan dengan standar internasional, minimal mampu berkomunikasi dengan bahasa asing.
Sementara 21 hotel yang bergabung dalam program itu di antaranya adalah Hotel LPP Group, Hotel Royal Ambarukmo dan Hotel Mutiara Yogyakarta.
"Dari 50 hotel bintang tiga hingga lima yang ada di DIY baru kami libatkan 21 hotel. Harapannya bisa diikuti hotel-hotel lainnya," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: