Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengharapkan ada peningkatan produksi kelapa dari dalam negeri karena permintaan dunia untuk komoditas tersebut terus naik sementara produksi stagnan.
"Di Indonesia, permintaan (kelapa) tinggi tetapi produksi stagnan. Kesan saya, produksi harus naik. Seharusnya produksi bisa naik banyak dan permintaan juga naik banyak tanpa membahayakan status kelapa tersebut sebagai produk high end," kata Thomas seusai menghadiri The 52nd Asian Pacific Coconut Community (APCCC) di Jakarta, Senin.
Thomas menjelaskan kelapa dan produk kelapa merupakan komoditas strategis yang saat ini sedang naik daun. Produk-produk seperti air kelapa hingga minyak kelapa tersebut merupakan salah satu produk yang populer di negara besar seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut Thomas, komoditas kelapa tersebut saat ini terbengkalai dan kekurangan perhatian khususnya untuk pengembangan perkebunan untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Diharapkan, nantinya komoditas kelapa tersebut akan masuk dalam master plan untuk seluruh sektor agri industri.
"Jadi sektor agri industri akan ada master plan, antara lain juga terkait moratorium sawit yang disampaikan Presiden Joko Widodo. Perhatian kita begitu timpang, cenderung kepada sawit, jadi banyak sektor pertanian lainnya kurang diperhatikan seperti kelapa, bahkan buah-buahan," kata Thomas.
Thomas menambahkan, berdasarkan laporan yang diterima, salah satu industri dalam negeri yang menggunakan jambu sebagai bahan baku, mengaku mengalami kekurangan pasokan dari dalam negeri sehingga harus didatangkan dari India.
"Itu merupakan salah satu contoh di mana salah satu struktur agri industri kita terlalu timpang, dan hanya cenderung ke sawit saja sehingga komoditi seperti buah-buahan, bambu, atau lidah buaya sangat kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan dunia usaha. Ini salah satu contoh yang kami mau benahi," kata Thomas.
Thomas meyakini, dengan dinaikkannya produksi kelapa dalam negeri tidak akan menyebabkan komoditas tersebut mengalami penurunan harga seperti kelapa sawit yang hingga saat ini terus mengalami penurunan.
"Saya lihat masih lama, masih banyak peluang untuk pertumbuhan volume pada produksi dan konsumsi kelapa sebelum kelapa itu kehilangan status yang istimewa dibandingkan dengan produk tani yang lain," kata Thomas.
Berdasarkan data Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI), total kebutuhan kelapa secara nasional pada 2015 sebanyak 14,63 miliar butir kelapa atau senilai 3,53 miliar dolar Amerika Serikat. Sebanyak 1,53 miliar butir kelapa atau 10 persen untuk konsumsi rumah tangga, 3,5 mliar butir atau 24 persen untuk pasar ekspor, dan selebihnya dipergunakan untuk bahan baku industri pengolahan.
Sementara untuk rata-rata produksi kelapa per tahun diperkirakan 12,9 miliar butir kelapa. Negara tujuan ekspor untuk komoditas tersebut antara lain adalah Belanda, Tiongkok, Amerika Serikat dan Malaysia.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, pada 2016, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,6 juta hektar dimana 3,5 juta hektar dikelola masyarakat. Dari total luasan tersebut, 2,6 juta hektar berproduksi dan sisanya merupakan kebun yang belum berproduksi serta rusak.
Mendag harap produksi kelapa nasional naik
23 Mei 2016 19:27 WIB
Mendag Thomas Lembong (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: