Rupiah senin pagi menguat menjadi Rp13.599 per dolar
23 Mei 2016 11:29 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi menguat tipis sebesar delapan poin menjadi Rp13.599 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.607 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16).
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi menguat tipis sebesar delapan poin menjadi Rp13.599 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.607 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjedra di Jakarta, Senin mengatakan, laju mata uang rupiah hanya menguat tipis terhadap dolar AS, tertahan oleh komentar pejabat The Fed mengenai potensi kebijakan kenaikan suku bunga AS masih cukup kuat.
"Potensi dolar AS untuk kembali bergerak menguat cukup terbuka terhadap mayoritas mata uang utama dunia, karena kesempatan untuk menaikkan suku bunga AS masih kuat," katanya.
Ia menambahkan bahwa potensi pembalikan arah dolar AS juga sejalan dengan pembicaraan tentang pertemuan Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) pada April lalu masih akan menjadi pedoman untuk ekspektasi kenaikan suku bunga AS. Di sisi lain, aktivitas ekonomi AS juga relatif masih baik.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah masih rentan menyusul harga minyak mentah dunia serta ketidakpastian kebijakan pengampunan pajak atau "tax amnesty".
"Daya tahan rupiah terhadap dolar AS masih rentan di tengah sentimen fundamental yang belum mendukung," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang ditargetkan pada Juni 2016 juga masih menjadi salah satu faktor penahan bagi rupiah untuk menguat lebih tinggi terhadap dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjedra di Jakarta, Senin mengatakan, laju mata uang rupiah hanya menguat tipis terhadap dolar AS, tertahan oleh komentar pejabat The Fed mengenai potensi kebijakan kenaikan suku bunga AS masih cukup kuat.
"Potensi dolar AS untuk kembali bergerak menguat cukup terbuka terhadap mayoritas mata uang utama dunia, karena kesempatan untuk menaikkan suku bunga AS masih kuat," katanya.
Ia menambahkan bahwa potensi pembalikan arah dolar AS juga sejalan dengan pembicaraan tentang pertemuan Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) pada April lalu masih akan menjadi pedoman untuk ekspektasi kenaikan suku bunga AS. Di sisi lain, aktivitas ekonomi AS juga relatif masih baik.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah masih rentan menyusul harga minyak mentah dunia serta ketidakpastian kebijakan pengampunan pajak atau "tax amnesty".
"Daya tahan rupiah terhadap dolar AS masih rentan di tengah sentimen fundamental yang belum mendukung," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang ditargetkan pada Juni 2016 juga masih menjadi salah satu faktor penahan bagi rupiah untuk menguat lebih tinggi terhadap dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: