Menilik optimisme MatahariMall.com mengarungi pasar e-commerce
Oleh Gilang Galiartha
22 Mei 2016 20:17 WIB
Pembukaan Indonesia E-Commerce Summit & Expo Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kiri) berdialog dengan Dirut Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (kedua kanan) saat meninjau stan pameran E-Commerce Summit & Expo (IESE) 2016 yang digelar di Indonesia Convention and Exhibition (ICE), BSD, Tangsel, Banten, Rabu (27/4/2016). Presiden terus meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di bidang e-commerce sehingga Indonesia tidak lagi menjadi pasar, melainkan sebagai bagian dari industri e-commerce global. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia tengah gencar-gencarnya menggaungkan besarnya peluang yang seharusnya bisa diraup dari perdagangan dan transaksi elektronik (e-commerce). Optimisme itu terlihat dari sasaran nilai yang terus mengembang dalam hitungan bulan.
Setelah mencatatkan nilai transaksi e-commerce sebesar 3,56 miliar dolar AS (setara Rp48 triliun) pada 2015, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memprakirakan nilai transaksi akan bertambah menjadi 4,89 miliar dolar (setara Rp66 triliun) pada 2016 melalui infografis yang ia bagikan pada 31 Desember 2015 lewat akun Twitter pribadi yang ia kelola.
Namun angka itu terus menggemuk, dengan pertambahan prakiraan nilai transaksi e-commerce bisa mencapai 25 miliar dolar AS (setara Rp341 triliun) pada 2016 sebagaimana disampaikan Menteri Rudiantara di pengujung Februari 2016.
Lantas pada pengujung April 2016 kala membuka perhelatan Indonesia E-Commerce Summit and Expo (IESE) di Tangerang, Menkominfo kembali menggelembungkan angka sasaran nilai transaksi e-commerce 2016 menjadi 30 miliar dolar AS.
Memuncaki semua optimisme tersebut, nilai transaksi e-commerce di Indonesia diprakirakan bisa mencapai 130 miliar dolar AS pada 2020.
Sayangnya, optimisme besar itu tak selalu dibarengi kelancaran pemerintah menggarap petajalan e-commerce Indonesia, yang meskipun dokumennya sudah rampung digodok sejak awal Februari 2016 lalu, hingga saat ini belum ada kejelasan kapan akan dijadikan regulasi resmi dalam payung Peraturan Presiden.
Sementara itu pendapat konservatif melihat prakiraan pasar e-commerce bertumbuh sekira 0,7-3 persen per tahun dari senilai 1,1 miliar dolar AS pada akhir 2014 menjadi 15,6 miliar dolar AS pada 2020.
"Itu sangat konservatif. Karena kalau kita bandingkan dengan Tiongkok, kurun waktu 2008-2014 artinya jaraknya sama enam tahun, mereka tumbuh dari 1 persen menjadi 8 persen, sedangkan kita ini prediksi konservatifnya cuma dari 1 persen ke 3 persen," kata CEO MatahariMall.com, Hadi Wenas, di Jakarta, Selasa (17/5).
Meski demikian, Wenas tidak menutup kemungkinan e-commerce Indonesia bisa menggapai target optimistis nilai transaksi 130 miliar dolar AS jika turut memperhitungkan transaksi perjalanan.
Tantangan dan peluang
Wenas melihat setidaknya ada tiga masalah utama yang harus dipecahkan oleh segenap pihak demi terpenuhinya target-target optimistis bagi pasar e-commerce tersebut.
"Standar mungkin jawabannya, ada persoalan pembayaran, logistik dan jejaring pasokan," kata Wenas.
Menurut Wenas, tiga masalah tersebut sangat mungkin dipecahkan dalam waktu bersamaan, namun melibatkan bukan hanya pelaku industri e-commerce semata, melainkan juga pemerintah dan penyedia jasa keuangan, ketiganya harus bergerak sinergi untuk menuntaskan tiap-tiap persoalan.
Perkara pembayaran misalnya, menjadi tugas penyedia jasa keuangan untuk mempercepat edukasi penggunaan transaksi keuangan nontunai supaya makin merata, sementara urusan logistik menjadi bagian dari pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur agar arus pengiriman barang lebih lancar dan murah.
"Sedangkan untuk urusan jejaring pasokan itu menjadi pekerjaan rumah kami para pelaku e-commerce. Bagaimana kami mengedukasi para pedagang atau rekanan pelapak supaya lebih canggih," kata Wenas.
MatahariMall.com sendiri berupaya mengatasi hal tersebut dengan menggelar Jual Online Aja, yakni program pendidikan bagi kalangan pelaku usaha kecil dan menengan (UKM) dengan materi mengenai Chief Financial Officer (CFO) alias pelatihan keuangan perusahaan, Chief Marketing Officer (CMO) alias pelatihan pemasaran perusahaan dan Chief Operation Officer (COO) alias pelatihan pengelolaan pesanan serta lokakarya foto produk, yang kesemuanya dibungkus dalam konteks bisnis daring.
Lewat pelatihan yang sebelumnya memakan waktu dua hari dan kini hanya sehari itu MatahariMall.com setidakya 300 alumni JOA aktif berjualan di situs belanja daring tersebut, sejak program itu dimulai pada November 2015 silam.
Secara khusus, Wenas memprasyaratkan para pelaku UKM yang ingin ambil bagian dalam JOA adalah produsen mandiri produk-produk yang mereka jual selain juga disaring para pesertanya harus bisa aktif berjualan selepas menerima pelatihan dari MatahariMall.com.
"Misalnya ada UKM punya produk khusus, yang bisa mempekerjakan orang-orang di lingkungannya itu kami suka. Itu sejalan dengan visi kami sebagai pelaku e-commerce bukan cuma mau untung sendirian, tetapi lewat JOA ini misalnya kami memberikan nilai tambah bagi kualitas SDM kepada negara," kata Wenas.
Yang dilakukan MatahariMall.com seiring dengan sasaran pemerintah yang ingin serius menggarap pengembangan e-commerce bagi UKM, sebagaimana disampaikan Menkominfo Rudiantara beberapa waktu lalu di sela-sela gelaran IESE.
Pasalnya, saat ini saja UKM menyumbang 56 persen perekonomian nasional (GDP), sebagai yang tertinggi dibandingkan lainnya, dan diyakini akan semakin berkembang jika terlibat aktif dalam e-commerce.
Bagi pemerintah, salah satu pekerjaan rumahnya adalah menghadirkan jaringan komunikasi internet di seluruh daerah, yang sejauh ini baru dipatok tercapai pada 2019, salah satunya melalui Proyek Palapa Ring, yakni pembangunan jaringan serat optik nasional.
Nama besar
MatahariMall.com diresmikan pada 9 September 2015, sebagai bagian dari Lippo Group dan mengusung nama besar, Matahari, merek yang sudah memiliki tingkat kesadaran 97 persen dan didapuk sebagai Most Valuable Brand keenam pada 2015 seturut laporan Millward Brown serta merupakan merek ritel pertama di antara jajaran 10 besar merek yang didominasi bank dan rokok tersebut.
Berbekal nama besar MatahariMall.com mendapat keuntungan besar bak melewati jalan bebas hambatan dengan melampaui tiga langkah pembentukan sebuah merek.
"Ketika orang mendengar MatahariMall.com itu sudah terpercaya. Jadi melewatkan tiga step yang biasanya dialami sebuah merek di mata konsumen, yakni membangun kesadaran, mereka mencoba beli dulu kemudian pembelian kedua. Sementara kami langsung masuk langkah keempat, jadi merek yang terpercaya," kata Wenas.
Namun demikian, MatahariMall.com tidak hanya ingin memanfaatkan nama besar sang kakak semata, tetapi memasuki pasar dengan berbagai terobosan, salah satunya penerapan sistem online to offline (O2O) untuk transaksi mereka. Sistem tersebut, menurut Wenas menjadi buah dari pengetahuan lokal mereka terhadap pasar Indonesia.
"O2O kami sangat lokal, kalau di luar negeri O2O itu hanya sebatas loker saja, seperti Amazon Locker dan di Indonesia juga ada jasa e-locker. Sementara kami menghadirkan O2O yang masih berkesesuaian dengan pelanggan yang sebagian besar masih membutuhkan interaksi antarmanusia dalam melakukan transaksi," katanya.
MatahariMall.com, memanfaatkan jaringan toko ritel Matahari serta menggandeng Pos Indonesia, sebab menurut Wenas O2O yang semacam Amazon Locker itu sejauh ini hanya cocok untuk orang kota dan urban, sedangkan pasar suburban dan nonmetro tidak berkesesuaian dengan pola tersebut.
Wenas mengungkapkan setidaknya 670 titik O2O di seluruh Indonesia telah aktif dan siap melayani pelaku transaksi di MatahariMall.com, per pekan kedua Mei 2016, yang terus dijajaki untuk ditambah secara berkelanjutan.
Di sisi lain, pengetahuan pasar lokal mendorong MatahariMall.com menggelar kampanye yang mampu menarik perhatian masyarakat secara signifikan. Misalnya kampanye yang digelar menyambut Lelucon 1 April (April Mop) lalu, mereka menyebarkan iklan penyewaan pasangan di laman utama MatahariMall.com serta beberapa media sosial.
Namun apabila sesoerang mengetuk pada tautan iklan tersebut, mereka akan diarahkan pada laman yang mengkampanyekan penghentian perdagangan manusia.
"Itu kan sebetulnya bukan budaya kita, tetapi kami selipkan sesuatu yang menyentil bagi masyarakat Indonesia dan masih menjadi masalah di Indonesia, yakni Stop Human Trafficking," katanya.
Baru-baru ini, bersama salah satu kakak perusahaan lainnya, LippoInsurance, MatahariMall.com menghadirkan dua program yakni Super Sakti dan Super Selamat yakni payung tanggungan asuransi di beberapa transaksi tertentu.
Lewat Super Sakti (Rusak Ganti), MatahariMall.com memberikan tanggungan penggantian 70-85 persen harga dalam sebuah transaksi barang elektronik apabila terjadi kerusakan akibat terjatuh, terbanting ataupun tersiram air, untuk produk-produk bertanda khusus dengan masa tanggungan 90 hari.
Sementara Super Selamat, memberikan tanggungan kecelakaan dan jiwa untuk pembelian produk-produk otomotif bertanda khusus dengan dua opsi masa tanggungan yakni 365 hari bagi satu orang tertanggung dan 30 hari bagi empat orang tertanggung.
Program-program tersebut digelar demi menyambut musim Idul Fitri 1437 Hijriah yang akan datang dalam kurun waktu kurang dari dua bulan ke depan.
"Faktanya di Indonesia pelaku mudik sepeda motor kadang mengangkut hingga empat orang, makanya kami tawarkan dua opsi satu orang tertanggung atau empat orang tertanggung," ujar Wenas.
Berbekal nama besar beriring inovasi tersebut, Wenas, yang sebelumnya berpengalaman membangun dua bisnis e-commerce lain yakni Zalora dan A-Commerce, bertekad agar MatahariMall.com bisa bertahan dalam kurun waktu panjang.
"Jadi di Lippo itu kan Matahari Departemen Store sudah beroperasi 30 tahun lebih, Hypermart sudah beroperasi lebih dari 10 tahun, kami sendiri ingin MatahariMall.com bukan hanya tetap ada 10 tahun ke depan tetapi menjadi gaya hidup yang relevan," pungkasnya.
Setelah mencatatkan nilai transaksi e-commerce sebesar 3,56 miliar dolar AS (setara Rp48 triliun) pada 2015, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memprakirakan nilai transaksi akan bertambah menjadi 4,89 miliar dolar (setara Rp66 triliun) pada 2016 melalui infografis yang ia bagikan pada 31 Desember 2015 lewat akun Twitter pribadi yang ia kelola.
Namun angka itu terus menggemuk, dengan pertambahan prakiraan nilai transaksi e-commerce bisa mencapai 25 miliar dolar AS (setara Rp341 triliun) pada 2016 sebagaimana disampaikan Menteri Rudiantara di pengujung Februari 2016.
Lantas pada pengujung April 2016 kala membuka perhelatan Indonesia E-Commerce Summit and Expo (IESE) di Tangerang, Menkominfo kembali menggelembungkan angka sasaran nilai transaksi e-commerce 2016 menjadi 30 miliar dolar AS.
Memuncaki semua optimisme tersebut, nilai transaksi e-commerce di Indonesia diprakirakan bisa mencapai 130 miliar dolar AS pada 2020.
Sayangnya, optimisme besar itu tak selalu dibarengi kelancaran pemerintah menggarap petajalan e-commerce Indonesia, yang meskipun dokumennya sudah rampung digodok sejak awal Februari 2016 lalu, hingga saat ini belum ada kejelasan kapan akan dijadikan regulasi resmi dalam payung Peraturan Presiden.
Sementara itu pendapat konservatif melihat prakiraan pasar e-commerce bertumbuh sekira 0,7-3 persen per tahun dari senilai 1,1 miliar dolar AS pada akhir 2014 menjadi 15,6 miliar dolar AS pada 2020.
"Itu sangat konservatif. Karena kalau kita bandingkan dengan Tiongkok, kurun waktu 2008-2014 artinya jaraknya sama enam tahun, mereka tumbuh dari 1 persen menjadi 8 persen, sedangkan kita ini prediksi konservatifnya cuma dari 1 persen ke 3 persen," kata CEO MatahariMall.com, Hadi Wenas, di Jakarta, Selasa (17/5).
Meski demikian, Wenas tidak menutup kemungkinan e-commerce Indonesia bisa menggapai target optimistis nilai transaksi 130 miliar dolar AS jika turut memperhitungkan transaksi perjalanan.
Tantangan dan peluang
Wenas melihat setidaknya ada tiga masalah utama yang harus dipecahkan oleh segenap pihak demi terpenuhinya target-target optimistis bagi pasar e-commerce tersebut.
"Standar mungkin jawabannya, ada persoalan pembayaran, logistik dan jejaring pasokan," kata Wenas.
Menurut Wenas, tiga masalah tersebut sangat mungkin dipecahkan dalam waktu bersamaan, namun melibatkan bukan hanya pelaku industri e-commerce semata, melainkan juga pemerintah dan penyedia jasa keuangan, ketiganya harus bergerak sinergi untuk menuntaskan tiap-tiap persoalan.
Perkara pembayaran misalnya, menjadi tugas penyedia jasa keuangan untuk mempercepat edukasi penggunaan transaksi keuangan nontunai supaya makin merata, sementara urusan logistik menjadi bagian dari pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur agar arus pengiriman barang lebih lancar dan murah.
"Sedangkan untuk urusan jejaring pasokan itu menjadi pekerjaan rumah kami para pelaku e-commerce. Bagaimana kami mengedukasi para pedagang atau rekanan pelapak supaya lebih canggih," kata Wenas.
MatahariMall.com sendiri berupaya mengatasi hal tersebut dengan menggelar Jual Online Aja, yakni program pendidikan bagi kalangan pelaku usaha kecil dan menengan (UKM) dengan materi mengenai Chief Financial Officer (CFO) alias pelatihan keuangan perusahaan, Chief Marketing Officer (CMO) alias pelatihan pemasaran perusahaan dan Chief Operation Officer (COO) alias pelatihan pengelolaan pesanan serta lokakarya foto produk, yang kesemuanya dibungkus dalam konteks bisnis daring.
Lewat pelatihan yang sebelumnya memakan waktu dua hari dan kini hanya sehari itu MatahariMall.com setidakya 300 alumni JOA aktif berjualan di situs belanja daring tersebut, sejak program itu dimulai pada November 2015 silam.
Secara khusus, Wenas memprasyaratkan para pelaku UKM yang ingin ambil bagian dalam JOA adalah produsen mandiri produk-produk yang mereka jual selain juga disaring para pesertanya harus bisa aktif berjualan selepas menerima pelatihan dari MatahariMall.com.
"Misalnya ada UKM punya produk khusus, yang bisa mempekerjakan orang-orang di lingkungannya itu kami suka. Itu sejalan dengan visi kami sebagai pelaku e-commerce bukan cuma mau untung sendirian, tetapi lewat JOA ini misalnya kami memberikan nilai tambah bagi kualitas SDM kepada negara," kata Wenas.
Yang dilakukan MatahariMall.com seiring dengan sasaran pemerintah yang ingin serius menggarap pengembangan e-commerce bagi UKM, sebagaimana disampaikan Menkominfo Rudiantara beberapa waktu lalu di sela-sela gelaran IESE.
Pasalnya, saat ini saja UKM menyumbang 56 persen perekonomian nasional (GDP), sebagai yang tertinggi dibandingkan lainnya, dan diyakini akan semakin berkembang jika terlibat aktif dalam e-commerce.
Bagi pemerintah, salah satu pekerjaan rumahnya adalah menghadirkan jaringan komunikasi internet di seluruh daerah, yang sejauh ini baru dipatok tercapai pada 2019, salah satunya melalui Proyek Palapa Ring, yakni pembangunan jaringan serat optik nasional.
Nama besar
MatahariMall.com diresmikan pada 9 September 2015, sebagai bagian dari Lippo Group dan mengusung nama besar, Matahari, merek yang sudah memiliki tingkat kesadaran 97 persen dan didapuk sebagai Most Valuable Brand keenam pada 2015 seturut laporan Millward Brown serta merupakan merek ritel pertama di antara jajaran 10 besar merek yang didominasi bank dan rokok tersebut.
Berbekal nama besar MatahariMall.com mendapat keuntungan besar bak melewati jalan bebas hambatan dengan melampaui tiga langkah pembentukan sebuah merek.
"Ketika orang mendengar MatahariMall.com itu sudah terpercaya. Jadi melewatkan tiga step yang biasanya dialami sebuah merek di mata konsumen, yakni membangun kesadaran, mereka mencoba beli dulu kemudian pembelian kedua. Sementara kami langsung masuk langkah keempat, jadi merek yang terpercaya," kata Wenas.
Namun demikian, MatahariMall.com tidak hanya ingin memanfaatkan nama besar sang kakak semata, tetapi memasuki pasar dengan berbagai terobosan, salah satunya penerapan sistem online to offline (O2O) untuk transaksi mereka. Sistem tersebut, menurut Wenas menjadi buah dari pengetahuan lokal mereka terhadap pasar Indonesia.
"O2O kami sangat lokal, kalau di luar negeri O2O itu hanya sebatas loker saja, seperti Amazon Locker dan di Indonesia juga ada jasa e-locker. Sementara kami menghadirkan O2O yang masih berkesesuaian dengan pelanggan yang sebagian besar masih membutuhkan interaksi antarmanusia dalam melakukan transaksi," katanya.
MatahariMall.com, memanfaatkan jaringan toko ritel Matahari serta menggandeng Pos Indonesia, sebab menurut Wenas O2O yang semacam Amazon Locker itu sejauh ini hanya cocok untuk orang kota dan urban, sedangkan pasar suburban dan nonmetro tidak berkesesuaian dengan pola tersebut.
Wenas mengungkapkan setidaknya 670 titik O2O di seluruh Indonesia telah aktif dan siap melayani pelaku transaksi di MatahariMall.com, per pekan kedua Mei 2016, yang terus dijajaki untuk ditambah secara berkelanjutan.
Di sisi lain, pengetahuan pasar lokal mendorong MatahariMall.com menggelar kampanye yang mampu menarik perhatian masyarakat secara signifikan. Misalnya kampanye yang digelar menyambut Lelucon 1 April (April Mop) lalu, mereka menyebarkan iklan penyewaan pasangan di laman utama MatahariMall.com serta beberapa media sosial.
Namun apabila sesoerang mengetuk pada tautan iklan tersebut, mereka akan diarahkan pada laman yang mengkampanyekan penghentian perdagangan manusia.
"Itu kan sebetulnya bukan budaya kita, tetapi kami selipkan sesuatu yang menyentil bagi masyarakat Indonesia dan masih menjadi masalah di Indonesia, yakni Stop Human Trafficking," katanya.
Baru-baru ini, bersama salah satu kakak perusahaan lainnya, LippoInsurance, MatahariMall.com menghadirkan dua program yakni Super Sakti dan Super Selamat yakni payung tanggungan asuransi di beberapa transaksi tertentu.
Lewat Super Sakti (Rusak Ganti), MatahariMall.com memberikan tanggungan penggantian 70-85 persen harga dalam sebuah transaksi barang elektronik apabila terjadi kerusakan akibat terjatuh, terbanting ataupun tersiram air, untuk produk-produk bertanda khusus dengan masa tanggungan 90 hari.
Sementara Super Selamat, memberikan tanggungan kecelakaan dan jiwa untuk pembelian produk-produk otomotif bertanda khusus dengan dua opsi masa tanggungan yakni 365 hari bagi satu orang tertanggung dan 30 hari bagi empat orang tertanggung.
Program-program tersebut digelar demi menyambut musim Idul Fitri 1437 Hijriah yang akan datang dalam kurun waktu kurang dari dua bulan ke depan.
"Faktanya di Indonesia pelaku mudik sepeda motor kadang mengangkut hingga empat orang, makanya kami tawarkan dua opsi satu orang tertanggung atau empat orang tertanggung," ujar Wenas.
Berbekal nama besar beriring inovasi tersebut, Wenas, yang sebelumnya berpengalaman membangun dua bisnis e-commerce lain yakni Zalora dan A-Commerce, bertekad agar MatahariMall.com bisa bertahan dalam kurun waktu panjang.
"Jadi di Lippo itu kan Matahari Departemen Store sudah beroperasi 30 tahun lebih, Hypermart sudah beroperasi lebih dari 10 tahun, kami sendiri ingin MatahariMall.com bukan hanya tetap ada 10 tahun ke depan tetapi menjadi gaya hidup yang relevan," pungkasnya.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016
Tags: